KEBOHONGAN
ITU MANIS, VARDHAZH
Oleh
INDRA TRANGGONO
Seluruh
rakyat Republik Garpallo sangat yakin, Presiden Grag-Gaz telah mati. Di layar
televisi, rakyat menyaksikan peti jenazah Presiden Grag-Gaz diturunkan ke liang
lahat diiringi music dan tembakan salvo, sebelum akhirnya ditimbun tanah.
Kamera televisi juga
menyapa wajah-wajah istri, anak, menantu, sanak keluarga Presiden Grag,
pejabat-pejabat tinggi, duta-duta besar berbagai negara, para konglomerat,
tokoh-tokoh agama, politisi, akademisi, seniman, militer, dan pelayat lainnya
yang menyiratkan duka yang mendalam.
“Sungguh….
Negeri ini sangat kehilangan putra terbaik bangsa. Tuan Grag-Gaz telah membawa
menuju horizon cahaya,”kata Sarvantina Tunner, Ketua majelis Tinggi Perwakilan
Rakyat Republik Garpallo di akhir pidato sambutannya.
Kompleks Taman Makam
Pahlawan seluas sepuluh hektar itu disulap menjadi arena yang penuh warna.
Terpampang baliho-baliho besar yang memasang wajah tampan Presiden Grag serta
berbagai kegiatan sosialnya, foto empat istrinya, 25 anaknya, 25 menantunya,
dan puluhan cucunya. Semua foto itu tidak dicetak tapi dilukis oleh belasan
maestro.
Di beberapa tempat ada
kemah-kemah yang dijaga perempuan-perempuan cantik yang siap melayani berbagai
permintaan makanan dan minuman. Ada juga kemah besar yang memajang seluruh
memorabilia sang presiden, misalnya album sejarah yang menggambarkan perjalanan
kariernya, sejak ia mahasiswa, terjun di partai politik, jadi tokoh oposisi,
jadi ketua partai, dan jadi presiden.
Istri keempat Tuan Grag, Nyonya
Zabathini yang berusia sekitar 35 tahun dan cantik itu, kepada para wartawan
bilang bahwa pihak keluarga harus memenuhi pesan dari suaminya agar membuat
pesta ketika Tuan Grag meninggal. “Kematian harus dirayakan karena kematian
adalah kemenangan mengatasi waktu menuju keabadian. Begitu kata Tuan Grag saat
beliau selesai menjalani operasi jantung yang ternyata gagal….,” ucap Nyonya
Zabathini terisak.
Berbagai
media massa cetak dan elektronik mencatat bahwa upacara kematian Tuan Grag
adalah upacara paling besar dan sukses dalam sejarah meninggalnya tokoh-tokoh
penting negeri Garpallo. Tempat pemakaman telah berubah menjadi arena pesta dan
bazar. Tercatat sekitar hampir dua juta orang melayat, 500.007 karang bunga,
omzet pedagang kaki lima mencapai 600ribu dollar, dan omzet parkir kendaraan
mencapai 200 ribu dollar.
Entah siapa yang
menggerakkan, mendadak muncul gelombang demonstrasi mahasiswa. Ratusan ribu
massa meluberi Grag-Gaz Square. Bendera-bendera berkibar-kibar. Poster-poster
menyala. Mereka menuntut seluruh harta Tuan Grag disita. “Selama 25 tahun
Presiden Grag berkuasa, negara telah dirugikan sebesar 800 miliar dollar!”
teriak anak muda dengan pita merah terbebat di kepala.
Vardhaz, presiden
pengganti Tuan Grag, telah memerintahkan Menteri Pertahanan Gargano Zappulato
untuk melibas aksi mahasiswa. Jaksa agung Valoe Bessy pun telah ditugaskan
untuk menutup pengusutan kasus dugaan korupsi Tuan Grag.
“Tuan Grag itu junjungan
kita semua. Tidak elok kita mencari-cari kesalahan beliau. Dan kalua toh beliau
ini bersalah, maka aku sudah mengampuni sebelum dimohon. Bangsa yang berbudi
luhur adalah bangsa yang mau memberi maaf sebelum diminta,” kata Vardhazh dalam
jumpa pers di istana negara.
Para demonstran semakin
meradang. Mereka menjebol pagar istana.
“Saya sangat yakin, Tuan
Grag tidak pernah korupsi. Beliau ini tak lebih dari seorang pertapa dalam
memimpin negara. Hanya makan kentang dan ikan asin ditambah kecap,” ucap
Vardhazh.
Para demonstran semakin
meradang. Namun, orang-orang berseragam dan berwajah garang menghalau mereka.
Terjadi baku hantam. Banyak orang luka. Berdarah. Para demonstran tak menyerah,
namun tembakan gas air mata membuat mereka lari lintang pukang.
“Saya
tidak suka anarki! Kepada adik-adik mahasiswa saya pesan, hentikan semua hujatan
dan makian jika kalian tidak ingin bobok manis di sel tahanan,” ujar Vardhazh.
Vardhazh disertai para
pengawal bersenjata lengkap, melaju dengan mobilnya menuju vila di Bukit Sutra.
Bukit ini sering disebut orang sebagai bukit pengampunan yang dipilih para
penguasa untuk istirahat dan merenung.
Kehadiran Vardhazh memecah
sunyi tafakur seorang laki-laki gagah yang bersimpuh di atas karpet. Laki-laki
itu memberi isyarat melalui pandangan matanya. Vardhazh pun duduk di kursi agak
jauh dari posisi laki-laki gagah itu. Beberapa saat kemudian, laki-laki gagah
itu beranjak dan menemui dan memeluk Vardhazh erat-erat.
“Tuan Grag…,” ucap
Vardhazh spontan.
“Ssssttttt… jangan
keras-keras…,” ucap laki-laki tambun itu lirih.
“Maafkan saya tuan….”
“Bagaimana perkembangan
keadaan, Tuan Presiden Vardhazh?”
“Tuan Grag jangan
mengolok-ngolok saya. Saya tak lebih dari pembantu Tuan….”
“Riil, kamu ini presiden, boy. Kenapa masih gamang? Aku memang
sengaja memilihmu untuk menggantikan aku melalui siding Majelis Tinggi. Oya,
apa yang bisa kamu laporkan, Vardhazh?”
“Rakyat percaya bahawa
Tuan telah mati. Ya, mereka sangat yakin bahwa Tuan Grag ada di dalam peti mati
yang dimasukkan dalam liang lahat dalam pemakaman itu. Sungguh, ini teater yang
paling sempurna dan ajaib.”
“Begitulah yang
kuinginkan. Begitulah yang terjadi. Oo ya, aku sangat terkesan dengan
pernyataanmu dalam jumpa pers bahwa setiap hari aku hanya makan kentang, ikan
asin, dan kecap. Kamu pintar mengambil hati rakyat….”
“Maafkan saya Tuan…
maafkan. Saya telah berbohong….”
“Itu kebohongan yang
manis, Vardhazh… Sangat manis… Begitulah seharusnya. Seorang penguasa harus
pintar beternak kebohongan. Hanya dengan menanam kebohongan di mulut, orang
macam kita bisa bertahan.”
“Benar, Tuan. Semua itu
seperti yang pernah say abaca dalam buku Kebohongan yang Sopan yang Tuan
tulis.”
“Kamu telah tuntas
membacanya?”
“Bukankah itu bacaan wajib
bagi seluruh kader partai kita, Tuan?”
Tuan Grag tersenyum.
“Berarti kamu sudah menyerap sari pati kebohongan. Ini tak ada hubungannya
dengan dosa atau apa…. Yang harus kamu tahu, rakyat selalu kecanduan untuk
bohongi.”
“Ooo tentu, Tuan…. Dalam
soal kebohongan Tuan adalah maestronya. Aduh maaf Tuan, maaf….”
“No problem, boy. Itu predikat yang elegan. Maestro kebohongan. Dan
aku suka,” Tuan Greg tertawa.
Ketegangan yang sempat
dirasakan Vardhazh langsung mengendor. Suasana pun cair. Vardhazh mengusap
keringat di keningnya dengan tisu basah.
“Di balik kebohongan ada
tambang emas yang tak pernah habis dikuras. Tapi ingat, kebohongan butuh
konsistensi dan keyakinan untuk menjadi kebenaran.”
Kepala Vardhazh
mengangguk-angguk seperti mesin.
“Kamu telah melihat
sendiri bagaimana aku mementaskan sandiwara kematianku. Aku susun skenarionya
sendiri. Aku jadi sutradaranya sekaligus produsernya. Aku rekrut para
profesional dari direktur rumah sakit, dokter-dokter spesialis, pers, ahli
rias, dan event organizer,” ujar Tuan
Greg sambil menuangkan anggur merah di gelas.
“Tuan tidak khawatir rahasia
ini bocor?”
“Kekhawatiran itu tetap
ada meskipun aku sudah melenyapkan profesional yang terlibat dalam proyek
sandiwara kematianku. Oya, aku punya ide. Aku akan operasi wajah. Semua sudah
siap. Minggu depan kulaksanakan.”
“Tuan memang hebat.
Cerdas.”
“Aku masih bingung
menentukan bentuk dan rupa wajahku nanti…. Ada usul? Yang penting jangan mirip
wajah actor opera sabun.”
“Bagaimana kalua hidung
tuan dibikin lebih mancung dan mata Tuan dibikin lebih lebar?”
“Ah itu mirip tukang jual
obat di Golden Park. Dan lagi, hidung saya kan sudah mancung. Mosok saya harus
mirip Pinokio? Boy, aku ingin wajahku
berubah total. Misalnya mirip wajah seorang rabi atau orang-orang suci.”
Vardhazh disergap rasa
heran. Tapi hanya diam. Tuan Grag tampak berfikir keras.
“Bagaimana jika wajahmu
saja kupinjam untuk dijadikan model? Wajahmu polos. Tak ada aura kejahatan.
Bagaimana?”
Vardhazh tersengat.
Dadanya sesak. Jantungnya berdetak cepat. “Barangkali Tuan bisa mencari model
wajah yang lain…,” ujar Vardhazh gugup.
Tuan Grag menggeleng. “Aku
ingin jadi dirimu. Aku ingin ikut mengendalikan pemerintahan di negara kita.
Kamu keberatan?”
Darah Vardhazh berdesir.
“Tentu tidak, Tuan….”
“Bagus Aku harus menjadi
presiden lagi dengan meminjam wajahmu! Oke, boy?”
Dada Vardhazh terasa semakin
sesak. Mendadak ia tumbang. Tuan Grag tersenyum.
Operasi wajah Tuan Grag
berjalan lancer dan hasilnya sempurna. Wajah Tuan Grag kini sama persis dengan
wajah Vardhazh, bahkan hingga jumlah pori-pori atau kerut-merutnya.
Dengan
wajah Vardhazh kini Tuan Grag tampil dalam berbagai acara kenegaraan. Ia pun
kembali menguasai parlemen, kejaksaan, kehakiman, sektor pajak, sektor migas,
anggaran belanja negara, dan lainnya. Namun, rakyat tetap yakin bahwa orang
yang memimpin Republik Garpallo saat ini tetaplah Vardhazh yang menggantikan
Grag-Gaz yang sudah meninggal enam bulan lalu. Nasib Vardhazh sendiri tidak
jelas. Soal ini, hanya keluarga Vardhazh yang tahu.
Setiap terjadi demonstrasi.
Rakyat tidak puas pada kepemimpinan “Vardhazh” yang dianggap korup. Rakyat
merindukan kembalinya kekuatan politik Grag-Gaz sangat bersih. Maka, sekenario
pengganti “Vardhazh” pun telah disiapkan Tuan Grag. Nyonya Zabhatini, istri
keempat Tuan Grag, telah dipilih untuk menjadi presiden.
Kompas, Minggu, 8 Maret
2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar