Pengunjung

Rabu, 31 Desember 2014

Di Jalan Jabal Al-Kaabah
OLEH M. SHOIM ANWAR
Dari arah Jarwal Al-Tayssir kendaraan itu meluncur mendahului para pejalan kaki yang semakin ramai, melewati Jabal Al-Kaabah Street hingga tembus ke Umm Al-Qura Road. Jalanan menanjak dan beberapa saat kemudian menurun kembali. Suasana mulai terasa berbeda karena lampu-lampu yang menyala. Angkutan itu lantas berbalik arah, menuju jalur di sebelah kirinya untuk menurunkan penumpang di pemberhentian. Bunyi menderu di terowongan bawah tanah Ibrahim Al-Khalil Road. Kendaraan yang datang dan pergi, generator, travo, blower, dan lampu-lampu listrik tegangan tinggi terasa menggetarkan seluruh ruang.
Setelah turun dari angkutan umum, dengan langkah tergesa, Tuan Amali menaiki eskalator. Istrinya, Nyonya Tilah, setengah berlari mengikuti langkah sang suami. Orang-orang pun terburu mengejar waktu. Eskalator itu naik dan menyembul di pelataran sehingga orang-orang tampak seperti muncul dari dalam tanah. Tahu-tahu mereka telah sampai di halaman Masjidil Haram di samping Hotel Dar Al-Tawhid. Tuan Amali dan Nyonya Tilah berjalan di halaman sebelah kiri. Lewat pintu samping mereka lantas naik ke lantai ketiga, melewati pintu nomor 66 bertuliskan Al-Shebyka Escalator. Di lantai teratas tanpa atap itu sudah hamper dipenuhi orang, tapi suasana khusuk sangat terasa. Tuan Amali tertegun sejenak sambil pandangannya menerawang.
“Aku teringat anak-anak cacat yang meminta-minta di jalan sana,” katanya sambil menuding ke arah jalan.
“Ya, sudah agak lama kita tidak memberi mereka,” Nyonya Tilah menimpali.
“Besok kita sempatkan jalan kaki agar bisa memberi.”
“Semoga Allah selalu memberi rezeki buat mereka semua.”
“Siapa tahu mereka adalah malaikat yang diutus Allah untuk menguji rasa belas kasihan kita,” kata Tuan Amali.
Hari-hari terakhir ini Tuan Amali dan Nyonya Tilah naik kendaraan untuk menghemat tenaga. Sebelum itu mereka selalu berjalan kaki saat pulang dan pergi ke Masjidil Haram. Dia selalu melihat deretan anak-anak berkulit hitam duduk di tanah sambil menggerak-gerakkan kedua lengannya yang putus pertanda meminta sedekah. Dengan baju lusuh warna gelap mereka menongolkan lengan buntungnya agar dilihat semua orang yang lewat. Mereka hampir selalu muncul selepas Jalan Jabal Al-Kaabah hingga mendekati area masjid. Dengan ekspresi memelas mereka mengharap belas kasihan kepada orang-orang yang lewat. Tuan Amali berpikir anak-anak yang malang itu adalah korban peperangan, atau terkena ledakan bom hingga kedua lengan mereka putus. Kemungkinan lain mereka menderita kelainan genetis akibat pernikahan antar penderita sehingga cacat fisik muncul secara dominan dari bawaan orang tua. Usia mereka, baik yang laki maupun perempuan, sekitar sepuluh tahun ke bawah. Mereka selalu duduk berdekatan sekitar lima anak.
Seperti orang-orang lain Tuan Amali dan Nyonya Tilah juga sering memberikan sedekah kepada anak-anak buntung yang malang itu. Uang sedekah diletakkan dipangkuan mereka. Tentu mereka memperoleh jumlah yang besar karena banyak orang mengasihani dari hari ke hari. Tuan Amali dan istrinya bersedekah dengan penuh keikhlasan mengingat kedatangan ke kota itu juga untuk menjalankan perintah agama. Sedekah yang ikhlas seikhlas-ikhlasnya, ibarat tangan kanan memberi dan tangan kiri tak mengetahuinya.
“Jangan lupa titipan doa dari Pak Mardho,” kata Nyonya Tilah.
“Oh ya,” Tuan Amali mengangguk, ingat pesan Pak Mardho yang minta didoakan di lantai teratas masjid ini sambil menghadap Kabah. Semoga Pak Mardho diberi kesembuhan atas segala penyakitnya. Anak perempuannya, si Ayu, semoga segera lulus kuliah dan mendapatkan pekerjaan dan jodoh yang mapan. Sudah beberapa kali pesan Pak Mardho yang ditulisnya di atas kertas itu dibaca oleh Tuan Amali. Sebagai perangkat desa yang menjadi bawahan Tuan Amali, Pak Mardho juga minta didoakan agar tidak terlalu lama menduda. Dua hari sebelum berangkat Tuan Amali sempat bercanda dengan Pak Mardho, bapaknya atau anaknya yang diharap mendapatkan jodoh terlebih dulu? Bukankah si Ayu selama ini ke mana-mana selalu berdua dengan lelaki sepupunya sendiri? Waktu diundang berbuka puasa bersama tempo hari si Ayu juga tidak dating karena ada syukuran di rumah sepupunya itu?
“Lahir, rezeki, jodoh, dan mati di tangan Allah,” jawab Pak Mardho.
“Rezeki di tangan Allah…,” Tuan Amali menimpali sambil tertawa.
“Doakan juga agar pemikiran penduduk kita berubah.”
Kata-kata “rezeki di tangan Allah” itulah yang hampir selalu menjadi bahan ingatan Tuan Amali. Sebagai kepala desa yang bukan penduduk asli di sini, segala usaha Tuan Amali dan perangkatnya selalu gagal untuk mengubah jalan hidup penduduknya. Sebagian besar penduduk Tuan Amali adalah pengemis secara turun-temurun. Alasan mereka selalu sama,” rezeki di tangan Allah”, maka ketika tangan mereka menadah dan orang lain mengulurkan tangannya untuk memberi adalah perwujudan “rezeki di tangan Allah”. Pagi-pagi mereka menyebar ke berbagai tujuan. Ada yang berpakain jelek dan kumal agar menimbulkan belas kasihan, ada pula yang berpakaian sewajarnya.
Mereka yang mengemis secara berkelompok akan membagi penghasilan mereka. Hasil mengemis hari Senin untuk si A, hari Selasa untuk si B, hari Rabu untuk si C, dan seterusnya. Kadang mereka juga bersepakat membagi secara merata penghasilan dalam seminggu. Mereka bisa hidup, buat rumah, beli sawah, beli ternak, beli kendaraan, dan semacamnya dari hasil mengemis. Mereka ada yang mengemis dengan menyewa kendaraan dan pengeras suara untuk berkeliling dari kota ke kota, masuk ke pasar-pasar dan tempat-tempat ramai dengan menyodorkan kaleng, serta ada pula yang mencegat di jalan-jalan. Juga ada di antara mereka yang mengemis memakai surat atau proposal yang terlaminating hingga kumal. Di mata para kepala desa yang lain, karena desanya dikenal sebagai ”desa pengemis”, Tuan Amali sering dijuluki sebagai “lurahnya pengemis”.
Tuan Amali dan istrinya telah menunaikan salat sunah beberapa kali. Sambil menghadap ke arah Kabah Tuan Amali memanjatkan doa untuk diri dan keluarganya, untuk Pak Mardho, dan yang terakhir untuk penduduknya di kampung halaman sana.
“Ya Allah, sesungguhnya Engkau tidak akan mengubah nasib suatu kaum itu sendiri tidak mau mengubah nasibnya. Untuk itu ya Allah, hamba memohon kepada-Mu agar membuka hati dan sifat peminta-minta. Berikan mereka jalan hidup dan penghidupan yang lebih terhormat….”
Di saat Tuan Amali khusuk berdoa, helikopter itu datang kembali, berputar-putar dengan dengan suara menderu. Setiap kali melintas di atas kepala, orang yang duduk bersila melihatnya dengan pandangan menyerah, seperti menyaksikan kedatangan malaikat yang hendak menentukan nasib mereka selanjutnya. Dari lantai yang paling atas Masjidil Haram ini langit memamang selalu tampak kerontang. Heli warna kuning itu tak ubahnya penguasa tunggal yang mengawasi seluruh gerak-gerik ribuan orang di bawahnya. Ketika heli itu menjauh orang-orang pun kembali menunduk dengan khusyuk, melafalkan ayat-ayat dan doa-doa harapan. Sementara deru heli masih tersisa di telinga. Sebentar lagi dia akan lenyap sebelum datang kembali beberapa saat kemudian.
Matahari condong ke akar langit. Bayangan Sembilan menara bulan sabit sudah tampak merebah panjang. Tuan Amali dan Nyonya Tilah melihat di balik tiga buah kubah warna cokelat juga telah meneduh. Para jamaah memanfaatkannya dari sengatan matahari. Bukit-bukit dan bangunan-bangunan jangkung di sekeliling semakin jelas dalam pandangan. Sebentar lagi lampu-lampu di ujung tiang akan segera menyala, lalu disusul kumandang adzan yang menyeru dari pengeras suara di tiap-tiap menara dan tiang. Ketika salat suara imam menggema ke langit bersama embusan angina yang hening. Tuan Amali dan istrinya merasa sangat kecil di hadapan kebesaran Sang Pencipta.
Jalan Jabal Al-Kaabah adalah wilayah yang sangat ramai karena merupakan akses mendekati masjid. Hari ini Tuan Amali tanpa didampingi Nyonya Tilah karena istrinya mengeluh kecapekan. Di depan Al Hadeel Hotel, di saat situasi sangat ramai, Tuan Amali melihat seseorang memotret salah satu anak buntung yang meminta-minta. Tiba-tiba seorang perempuan bercadar hitam menghalangi pemotretan itu. Maksudnya sangat jelas, si anak dilarang dipotret. Ada yang bilang perempuan bercadar itulah yang memperkerjakan anak-anak tersebut untuk meminta-minta. Keganjilan lain segera terkuak. Seorang perempuan lain nekat mendekati salah satu anak dan meraba-raba lengan atasnya hingga ke dekat leher. Dengan cepat pakaian anak itu ditarik kesamping. Maka terkuaklah kebohongan mereka. Ternyata lengan anak-anak itu tidak buntung, melainkan ditekuk sebatas pergelangan lantas dimasukkan ke dalam baju. Pantas mereka hanya menongolkan ujungnya saja karena takut ketahuan lekuk lengannya yang disembunyikan.
Mengetahui kejadian itu tiba-tiba Tuan Amali merasa perlu bertindak lebih jauh. Dia merasa selama ini anak-anak itu sudah menipu orang banyak. Ini adalah tanah suci. Penipuan tidak boleh dibiarkan di depan mata. Dengan agak kasar Tuan Amali hendak membuka pakaian salah satu anak yang pura-pura bunting itu. Si anak menolak. Mungkin karena jengkel, tubuh anak itu didorong-dorong dan ditebah dengan sajadah. Perempuan bercadar yang memperalat si anak tampak segera mendekat. Tapi seorang lelaki lain berkopiah cokelat dengan nada bersemangat mencoba membela si anak.
“Apa urusanmu dengan dia?” katanya dengan nada tinggi, mimiknya tampak serius.
“Mereka telah mengotori tanah suci!” jawab Tuan Amali tak kalah sengit.
“Mereka tidak memaksa. Tidak ada yang dirugikan. Kalau kamu tidak mau memberi ya sudah!”
“Niat saya hanya satu, menyingkap kebohongan terhadap orang banyak!” tambahnya. Keduanya sambil tetap berjalan dalam kerumunan. Beberapa orang melihat ke arah mereka secara bergantian.
“Meminta-minta adalah urusan pribadi!”
“Tapi meminta-minta dengan cara menipu tidak bisa dibenarkan.”
“Mereka anak-anak yang miskin!” lelaki berkopiah coklat itu menuding-nuding ke belakang.
“Anak-anak itu mungkin tidak miskin. Mereka diperalat oleh perempuan tadi!”
“Mengapa kamu tidak berani bilang begitu sama dia?”
“Omongan sudah tidak mempan buat dia, tapi harus dengan tangan kita.”
“Kamu tidak punya hak!”
“Ini juga salah satu cara yang saya tempuh. Memang pahit, tapi harus saya lakukan untuk menyatakan kebenaran!” tegas Tuan Amali.
“Kamu harus bisa mengendalikan kesabaran di sini.”
“Kesabaran bukan berarti diam ketika melihat kejahatan!”
Tuan Amali dan lelaki berkopiah coklay it uterus beradu mulut sambil berjalan. Mereka kadang-kadang saling melihat. Jarak mereka merenggang karena didesak orang-orang yang berjalan. Sesekali nada suaranya terdengar ditinggikan. Lama-lama keduanya mungkin sudah tidak saling melihat wajah masing-masing. Tapi adu mulut mereka masih terdengar hingga menjauh sebelum pada akhirnya benar-benar menghilang dibalut keramaian.
Sementara itu anak-anak yang pura-pura buntung itu tetap duduk di tempat. Sesekali mereka melihat ke sekeliling untuk mengetahui apakah ada polisi pamong praja atau tidak. Memang polisi kadang-kadang mengobrak mereka, tapi mereka segera bereaksi kembali ketika polisi telah menjauh. Kucing-kucingan terus berlangsung karena polisi rupanya hanya gertak sambal, tidak pernah menangkap dan menangani dengan serius.
Tuan Amali berhenti di depan pertokoan yang mempertemukan Jalan Jabal Al-Kaabah dengan Jalan Al-Mahakim. Sinar matahari menyengat. Sajadah yang dibawanya dipakai untuk menutup kepala. Dikenakannya kaca mata hitam lebar agak tidak silau. Terasa ada keringat mengalir dari keningnya. Tuan Amali merenungi tindakannya tadi hingga bertengkar mulut dengan lelaki berkopiah cokelat. Tuan Amali menimbang-nimbang, dia tetap yakin bahwa niatnya mulia. Kota suci harus dipertahankan kesuciannya. Beberapa saat dia tercenung di antara orang-orang yang lalu lalang di depannya. Toko-toko di sepanjang jalan ini juga selalu ramai.
Tiba-tiba Tuan Amali terkejut. Seorang lelaki tua bersongkok hitam menadahkan tangan di depannya untuk meminta sedekah. Tuan Amali ingin menyebut nama, tapi mulutnya masih tertahan oleh rasa bimbang. Dirogohnya saku kanan untuk mengambil beberapa real dan diberikan kepada sang peminta. Lelaki tua itu segera pergi dan melakukan hal yang sama kepada orang lain. Tuan Amali memandanginya hingga jarak makin merenggang. Dia mulai yakin dengan lelaki meminta-minta itu.
“Pak Dotil…!” seru Tuan Amali.
Dari jarak yang agak jauh lelaki yang diserunya tadi menoleh. Dia mencari-cari siapa yang memanggil namanya. Tuan Amali tidak memberi reaksi apa-apa. Lelaki tua tadi berjalan kembali. Sekarang Tuan Amali yakin lelaki tua yang disapanya tadi benar-benar Pak Dotil, penduduknya sendiri yang tahun ini juga menunaikan ibadah haji. Seperti kebanyakan warga di desanya, Pak Dotil sendiri juga bekerja sebagai pengemis yang selalu mangkal di pintu Pasar Rebo. Tahun ini dia naik haji ikut rombongan kota lain agar bisa serombongan dengan saudaranya. Diselah-selah ibadah yang dilakukannya di kota ini ternyata Pak Dotil memanfaatkannya juga untuk mengemis. Barangkali, bagi Pak Dotil, mengemis juga bagian dari ibadah karena “rezeki di tangan Allah”.
Cuaca makin panas. Debu-debu tersaruk kaki para pejalan hingga kurang nyaman di pernafasan. Tuan Amali berjalan mempercepat langkahnya meninggalkan Jalan Jabal Al-Kaabah. Rasanya dia ingin segera berbicara dengan Nyonya Tilah. Kata-kata yang sudah terlalu lama diingat oleh Tuan Amali muncul kembali. Para peminta-minta itu selama hidupnya akan didera dengan kemiskinan. Meski harta mereka sudah cukup, mereka akan merasa tetap miskin sehingga menjadi peminta-minta sepanjang hidupnya. Tuan Amali yakin seyakin-yakinnya, tangan di atas lebih mulia dari tangan di bawah.
Jawa Pos, Minggu 13 Juli 2014       
       

62 komentar:

  1. Cerpen dengan judul Di Jalan Jabal Al-Kaabah menggunakan sudut pandang orang ketiga. Latar tempatnya yaitu di jalan Jabal Al-Kaabah, Umm Al-Qura Road, terowongan bawah tanah Ibrahim Al-Khalil Road, di halaman Masjidil Haram di samping Hotel Dar Al-Tawhid, di depan Al Hadeel Hotel, dan di depan pertokoan. Latar waktunya yaitu pagi hari, siang hari, dan sore menjelang malam. Alur yang digunakan pada cerpen tersebut yaitu alur campuran. Tokoh utamanya adalah Tuan Amali. Tokoh lainnya yaitu istri Tuan Amali yaitu Nyonya Tilah, Pak Mardho adalah perangkat desa, perempuan bercadar, pengemis, lelaki berkopyah coklat, dan Pak Dotil tetangga Tuan Amali di kampung.
    Cerpen dengan judul Di Jalan Jabal Al-Kaabah menceritakan tentang pengalaman tuan amali selama berada di tanah suci. Ia bersama istrinya sedang menjalankan ibadah haji. Di dalam perjalana menuju ke Ka’bah, ia bertemu dengan para pengemis. Awalnya Tuan Amali dengan istrinya tidak mencurigai pengemis tersebut. Keduanya pun memberikan sedekah kepada mereka. Pak Mardho meminta kepada Tuan Amali didoakan supaya diberikan kesembuhan dan segera mendapatkan jodoh supaya tidak lama menduda. Pak Mardho juga meminta didoakan supaya anaknya segera lulus kuliah dan mendapatlkan pekerjaan yang mapan. Tuan Amali pun mendoakannya. Ia juga mendoakan penduduk di desanya dan tida lupa mendoakan dirinya sendiri dan keluarganya.
    Pada saat di depan hotel, tuan amali terkejut mengetahui kebenarannya. Ia melihat ada seseorang yang sedang memotret pengemis. Akan tetapi, dihalangi oleh wanita bercadar. Wanita bercadar tersebut adalah orang yang memperkerjakan para pengemis. Ternyata para pengemis tersebut hanya berpura-pura meminta-minta agar dikasihani. Tuan amali pun tidak tinggal diam. Ia mencoba membuktikan sendiri. Namun, ia dihalangi oleh lelaki berkopyah coklat. Kemudian, Tuan Amali adu mulut dengan pria tersebut.
    Tiba di depan pertokoan, Tuan Amali melihat lelai tua yang ia duga adalah Pak Dotil, tetangganya. Ternyata, Pak Dotil juga mengemis di sela-sela ibadah hajinya. Di desanya, Tuan Amali adalah seorang kepala desa. Ia sering dijuluki sebagai lurahnya pengemis karena kebanyakan penduduk di desanya berprofesi sebagai pengemis. Selain itu, desanya juga disebut sebagai desa pengemis. Tuan Amali dan perangkatnya dianggap gagal dalam memimpin desa.
    Makna dan pesan yang ingin disampaikan dari cerpen yang berjudul Di Jalan Jabal Al-Kaabah kepada pembaca adalah.
    1. Apabila masih diberikan kesehatan, bekerjalah dengan jujur, tanpa membohongi orang lain.
    2. Jangan memanfaatkan orang lain demi keuntungan diri sendiri.
    3. Kepada pemerintah, untuk lebih memperhatikan masa depan anak muda dengan memberikan lapangan pekerjaan.
    Cerpen yang berjudul Di Jalan Jabal Al-Kaabah karya M. Shoim Anwar masih sesuai dengan keadaan sekarang. Kesesuaikan itu tampak, karena pada kehidupan saat ini juga ditemukan banyak pengemis yang ada di pinggir jalan. Terlebih di lampu merah, di kota-kota besar, seperti Kota Surabaya dan Kota Jakarta. Sebagian dari mereka berlaku tidak jujur dalam bekerja. Mereka memanfaatkan rasa kasihan orang lain untuk memperoleh keuntungan. Mereka berpura-pura sakit untuk mendapatkan belas kasihan. Anak-anak balita pun kadang di ajak untuk mengemis. Jika bertanya tentang alasan mereka, jawabannya pasti karena terpaksa. Padahal, jika diperhatikan kebanyakan dari mereka masih muda. Masih banyak pekerjaan yang dapat dikerjakan. Namun, dibalik itu semua ada orang yang memanfaatkan mereka, yang menyuruh mereka untuk mengemis yang lebih memprihatinkan adalah terkadang orang tua mereka sendiri yang menyuruh mereka mengemis. Ada pula orang asing yang menculik anak kecil untuk dipekerjakan sebagai pengemis. Kejadian tersebut banyak beredar di berita.
    Sebagai pemerintah yang bertanggungjawab, seharusnya lapangan pekerjaan lebih diperbanyak lagi. Selain itu, kualitas pendidikan juga lebih diperhatikan lagi agar masa depan anak-anak tidak berakhir seperti dalam cerpen di atas yaitu sebagai orang yang meminta-minta atau pengemis.

    BalasHapus
  2. Ada dua poin yang saya garis bawahi dalam cerita pendek tersebut, untuk selengkapnya sila klik tautan ini: https://puisikosongsaya.wordpress.com/2021/04/16/al-kaabah/
    untuk lebih detil dalam pembahasan saya. terima kasih.

    BalasHapus
  3. Cerpen “Di Jalan Jabal Al-Kaabah” merupakan salah satu karya dari M. Shoim Anwar, seorang sastrawan sekaligus dosen. M. Shoim Anwar lahir di Desa Sambong Dukuh, Jombang, Jawa Timur. M. Shoim Anwar telah banyak menulis cerpen, novel, esei, dan puisi di berbagai media. Menurut KBBI cerita pendek adalah cerita yang isinya kurang dari 10.000 kata dan ceritanya berkonsentrasi pada satu tokoh dalam cerita.
    Penggunaan kata dan kalimat dalam cerpen “Di Jalan Jabal Al-Kaabah” mudah untuk dipahami, penulis memberikan penggambaran situasi dan kondisi dalam cerpen secara rinci seperti yang terjadi di kehidupan nyata oleh sebab itu cerpen “Di Jalan Jabal Al-Kaabah” memiliki jalan cerita yang sangat menarik.
    Cerpen “Di Jalan Jabal Al-Kaabah” menceritakan Tuan Amali dan Nyonya Tilah yang berada di Mekkah. Tuan Amali digambarkan sebagai seorang yang baik dan peduli kepada orang-orang yang membutuhkan, sampai pada akhirnya Tuan Amali mengetahui kebohongan anak-anak yang mengemis di jalan mengenai anggota tubuh yang selama ini mereka sembunyikan agar orang-orang merasa iba kepada mereka. Tuan Amali sangat marah dan hampir menyeret dan membuka pakaian anak-anak tersebut namun tidak jadi karena dihalangi oleh seorang pria berkopiah cokelat karena Tuan Amali beranggapan bahwa bukan hal yang benar berbohong apalagi di tanah suci ini, namun apa yang dilakukan Tuan Amali tersebut merupakan hal yang salah mereka tetaplah seorang anak-anak, tindakan tersebut juga tergolong kasar apalagi dilakukan ditempat umum yang banyak orang lewat dan melihat.
    Makna dari cerpen tersebut yaitu, rezeki ada di tangan Tuhan, namun kita harus berusaha untuk mecarinya dengan cara yang benar bukan dengan berbohong atau merugikan orang lain. Ketika kita ikhlas dalam memberikan atau melakukan sesuatu kepada orang lain kita tidak perlu memikirkan hal yang telah kita berikan atau yang kita lakukan itu lagi, meskipun sebenarnya orang itu berbohong kepada kita tapi kalau kita sudah ikhlas hal-hal seperti perasaan marah, kecewa, atau merasa dibohongi itu tidak akan muncul pada diri kita.

    BalasHapus
  4. Pada judul diatas menceritakan seorang wanita yang sedang melakukan perjalan ke kota Mekkah untuk melaksanaakan kewajiban beribadah, tokoh pada cerpen tersebut yaitu Tuan Amali dan Nyonya Tilah. Yang dijelaskan disana bahwa pada saat melakukan kegiatan ibadah di kota Mekkah banyak sekali pengemis anak-anak yang memiliki keterbatasan seperti tidak memiliki tangan satu tangan atau tidak memiliki satu kaki, karena merasa iba dan ikhlas untuk bersedekah dua tokoh tersebut selalu memberikan sedekah kepada pengemis anak-anak tersebut setiap pergi ke kabah.
    Tuan Amali serta Nyonya Tilah sambil berjalan mengobrol membandingkan anatara pengemis di Negeri sendiri dengan Negeri Tanah Suci, dinegara kita memiliki pengemis yang berpura-pura untuk meminta dan bermuka melas agar para pejalan kaki atau pengendara mobil/sepeda motor merasa iba, tetapi dugaan Tuan Amali dan Nyonya Tilah salah besarr ternyata semua pengemis-pengemis tersebut sama halnya seperti di Negerinya sendiri banyak yang bohong untuk menghasilkan uang yang banyak.
    Pada pemelihan kalimat cerpen tersebut sudah baik, penggambaran cerpen latar alur penokohan serta amanat pada cerpen diatas sudah jelas. Serta pemilihan kata juga sudah tepat dan mampu di pahami oleh para pembaca dan masyarakat luas

    BalasHapus
  5. Salah satu cerpen karya M. Shoim Anwar yang berjudul Di Jalan Jabal Al-Kaabah merupakan salah satu cerpen yang menarik dari beberapa cerpen yang beliau sudah terbitkan. Cerpen ini menceritakan suami istri yang baik hati dan taat kepada Allah. Kedua orang tersebut bernama Tuan Amali dan istrinya bernama Nyonya Tilah. Keduanya hidup dengan damai dan sejahtera. Tuan Amali menjabat sebagai kepala desa di salah satu desa yang dikenal sebagai "Desa pengemis', karena desa tersebut dikenal hampir seluruh masyarakat setempat bekerja sebagai pengemis, padahal keadaan fisiknya masih sehat dan tidak ada cacat sama sekali, dan Tuan Amali dan istrinya dijuluki sebagai "Lurahnya pengemis". Tuan Amali dan Nyonya Tilah sudah berapa kali menunaikan ibadah umroh di Mekkah, hingga pada suatu hari mereka kembali lagi untuk menjalankan ibadah di tanah suci Mekkah. Pasangan suami istri ini memiliki jiwa sosial yang tinggi yaitu kebiasaan bersedekah atau berbagai kepada siapapun, hingga sampai di Mekkah pun mereka bersedekah kepada orang yang meminta belas kasihan dibeberapa jalan yang ada. Entah mengapa hatinya selalu merasa kasihan kepada pengemis, padahal mereka tahu pengemis yang ada setiap jalan itu hanya berupa pura saja, seperti memakai pakaian compang camping, menyembunyikan kedua tangannya atau kaki sebelahnya untuk terlihat cacat sehingga banyak orang yang merasa kasian kepada mereka sembari memberikan uang kepada mereka. Ternyata pengemis tidak hanya di desanya saja ada melainkan di Mekkah yang sucipun ada. Tuan Amali dan Nyonya Tilah tak habis pikir, pengemis yang senekat itu ada di tanah suci.

    Cerpen ini sangat menarik, karena dikehidupan nyata saja sama seperti apa yang diceritakan oleh penulis ini. Setiap sudut di Jawa ini begitu banyak pengemis yang meminta belas kasihan, menggulurkan tangan, menerima dan perlahan lahan memasukan rupiah ke dalam tas entah sudah berapa banyak yang tertampung. Duduk di kursi roda seakan-akan sudah tidak ada harapan untuk hidup, padahal dari jauh ada yang mengawasi. Menyuruh anak kecil yang tidak tahu apa apa untuk meminta. Ya ini sangat miris sekali. Dilihat dari fisik sangat dan memang masih kuat untuk mencari pekerjaan yang semestinya baik. Banyak juga terjadi di berita pengemis yang sebenarnya di kampungnya sudah memiliki rumah yang bagus, tanah yang luas dan aset yang banyak. Itu semua hasil dari mengemis.

    Entah mengapa mereka yang melakukan itu pikiran atau cara pandang mencari uang bagaimana. Ya memang setiap orang bebas untuk menjalankan hidupnya, tapi dengan cara hal yang baik bukan dengan menipu orang. Memang di ajaran setiap agama saling memberi atau berbagai kepada siapapun, tapi kita juga harus memiliki prinsip berbagai kepada siapa yang sepantasnya atau selayaknya di bagi. Berbagilah kepada orang yang benar benar membutuhkan. Selagi kita memiliki jiwa yanh kuat, dan anggota tubuh yang lengkap seharusnya kita berjuang untuk hidup kita seperti bekerja selayaknya dan sepantasnya. Jangan menjadi manusia yang meminta minta.



    BalasHapus
  6. Cerpen “Di Jalan Jabal Al-Kaabah” karya Shoim M. Anwar merupakan salah satu cerpen yang menceritakan Tuan Amali dan Nyonya Tilah yang berada di Mekkah. Tuan Amali digambarkan sebagai seorang yang baik dan peduli kepada orang-orang yang membutuhkan, sampai pada akhirnya Tuan Amali mengetahui kebohongan anak-anak yang mengemis di jalan mengenai anggota tubuh yang selama ini mereka sembunyikan agar orang-orang merasa iba kepada mereka. Tuan Amali sangat marah dan hampir menyeret dan membuka pakaian anak-anak tersebut namun tidak jadi karena dihalangi oleh seorang pria berkopiah cokelat karena Tuan Amali beranggapan bahwa bukan hal yang benar berbohong apalagi di tanah suci ini, namun apa yang dilakukan Tuan Amali tersebut merupakan hal yang salah mereka tetaplah seorang anak-anak, tindakan tersebut juga tergolong kasar apalagi dilakukan ditempat umum yang banyak orang lewat dan melihat.

    Penggunaan kata dan kalimat dalam cerpen tersebut pengarang sudah menggunakan bahasa yang sangat menarik dan unik sehingga pembaca mudah dipahami. Penulis juga sudah memberikan penggambaran situasi dan kondisi dalam cerpen secara rinci seperti yang terjadi di kehidupan nyata sekarang ini.

    Makna dari cerpen tersebut, rezeki itu ada di tangan Tuhan, namun kita harus berusaha untuk mencarinya dengan cara yang benar bukan dengan berbohong atau merugikan orang lain. Ketika kita ikhlas dalam memberikan atau melakukan sesuatu kepada orang lain kita tidak perlu memikirkan hal yang telah kita berikan atau yang kita lakukan itu. Apa yang kita berikan kepada orang lain itu harus benar-benar iklas. Cerpen “Di Jalan Jabal Al-Kaabah” ini benar benar mengupas secara rapi peristiwa nyata sekarang ini.

    BalasHapus
  7. Fatikhatul 17520034/PBI 2017 A
    Kritik dan Esai Cerpen di Jalan Jabal Al-Kaabah
    1. Tema cerpen di Jalan Jabal Al- Kaabah : menceritakan tentang seorang kepala desa yang
    sedang melakukan ibadah haji di tanah suci.
    2. Tokoh cerpen di Jalan Jabal Al- Kaabah : 1. Kepala desa bernama Tuan Amali.
    2. Nyonya Tilah.
    3. Pak Mardho.
    4. Pak Dotil.
    3. Watak cerpen di Jalan Jabal Al-Kaabah : 1. Kepala desa bernama Tuan Amali bersifat baik.
    2. Nyonya Tilah bersifat baik.
    3. Pak Mardho bersifat baik.
    4. Pak Dotil bersifat baik.
    4. Latar cerpen di Jalan Jabal Al-Kaabah :
    1. Latar waktu : pagi hari.
    2. Latar tempat : Jalan Jabal Al-Ka’bah.
    3. Latar suasana : sedih dan kecewa.
    5. Alur cerpen di Jalan Jabal Al-Kaabah:
    Alur pada cerita ini menggunakan alur mundur, karena ceritanya dari awal hingga akhir tidak berkelanjutan jadi cerpen tersebut rasa kekecewaan belum nampak jelas.
    6. Sudut pandang cerpen di Jalan Jabal Al-Kaabah:
    Pada cerpen ini, penulis mengambil sudut pandang tidak langsung. Karena penulis
    menuliskan sebuah kisah atas apa yang dia dengar dari sebuah kejadian.
    7. Amanat cerpen di Jalan Jabal Al-Kaabah:
    1. Janganlah jahat kepada orang lain.
    2. Jangan pernah meminta-minta kepada orang lain. Lebih baik memberi daripada meminta.

    Makna cerpen di Jalan Jabal Al-Kaabah
    Cerpen yang berjudul di Jalan Jabal Al-Kaabah karya M. Shoim Anwar menceritakan tentang seorang kepala desa yang sedang melakukan ibadah haji di tanah suci. Kepala desa tersebut bernama Tuan Amali, beliau beranhkat ke tanah suci bersama istrinya yang bernama Nyonya Tilah. Pada saat di Masjidil Haram Tuan Amali teringat pada anak-anak cacat yang meminta-minta di jalan. Tuan Amali merasa belas kasihan terhadap anak-anak tersebut. Sejenak Tuan Amali berpikir bahwa anak-anak tersebut adalah korban dari peperangan atau mungkin ledakan bom. Tuan Amali dengan ikhlas memberi sedekah kepada anak-anak yang cacat tersebut, karena niat Tuan Amali bersama Nyonya Tilah adalah menjalankan perintah agama.
    Kelebihan dan kekurangan cerpen yang berjudul di Jalan Jabal Al-Kaabah :

    Kelebihan : cerpen ini mudah dipahami dan sangat menarik untuk dibaca, Karena isi
    cerpen ini menceritakan tentang seorang kepala desa yang sedang melakukan
    ibadah haji di tanah suci.
    Kekurangan : Kata-katanya terlalu menyakiti orang dan menceritakan bagian akhir cerita
    tersebut tidak digambarkan secara lebih lanjut mengenai rasa kekecewaan yang diterima oleh Tuan Amali.

    Dari cerpen yang berjudul di Jalan Jabal Al-Kaabah karya M. Shoim Anwar jika dikaitkan dengan kehupan sekarang yaitu jangan pernah meminta-minta kepada orang lain. Lebih baik memberi daripada meminta dan jangan berbohong kepada semua orang karena hal tersebut termasuk dosa.

    BalasHapus
  8. Pada cerpen yang berjudul di Jalan Jabal Al Kabaah karya M. Shoim Anwar memiliki beberapa paragraf & isi dari cerpen tersebut memililki makna yang sangat menarik mengenai kehidupan nyata. Pada cerpen tersebut dikisahkan seorang pemimpin yakni lurah di desa pengemis dan istrinya sedang melaksanakan ibadah di tanah suci yakni umroh maupun haji. namun, pada saat sedang melaksanakan ibadah di Masjidil Haram ia merasa ibah dengan sekelompok anak kecil yang sedang bekerja menjadi pengemis untuk dapat bertahan hidup, karena rasa ibahnya tersebut pak tilah pun memberikan uang kepada anak-anak yang mengemis tersebut. Beberapa saat kemudian, pak tilah pun mempergoki bahwa anak-anak yang mengemis tersebut dipekerjakan oleh seorang perempuan bercadar hitam & fatalnya adalah ia telah membohongi semua orang. Kebohongan tersebut berupa tangan-tangan anak itu menjadi buntung padahal sebenarnya mereka normal tidak cacat. Mengetahui hal tersebut pak tilah pun bertindak tegas bahwa jangan pernah menodai tanah suci dengan berdusta pada semua orang yang berada di tanah suci.

    Ada beberapa makna yang berkaitan dengan kehidupan nyata yang dapat menjadi pelajaran hidup yakni;

    1. Bahwa kita sebagai manusia berhak bekerja apapun asalkan halal demi bertahan hidup.

    2. Jangan mendustai orang lain, untuk kesenangan pribadi.

    3. Yakinlah bahwa rezeki, jodoh, & maut Allah yang menentukan. Jadi jangan pernah khawatir prihal takdir & tetaplah berusaha dan berdoa agar takdir terbaik yang terjadi untuk dirimu.

    4. Ingatlah bahwa lebih mulia tangan di atas daripada tangan di bawah & saat memberi harus ikhlas karena itu sebagai amal yang terus mengikuti kita saat meninggal dunia kelak.

    BalasHapus
  9. https://anisaikhlasulmarifah.blogspot.com/

    BalasHapus
  10. Anisa Ikhlasul Ma'rifah
    175200042
    https://anisaikhlasulmarifah.blogspot.com/

    Cerpen "Di Jalan Jabal Al Kaabah" karya M. Shoim Anwar cerpen ini bertemakan kejadian yang terjadi di jalan Jabal Al Kaabah saat Tuan Amali melaksanakan ibadah haji di Mekkah, yaitu adanya banyak pengemis di kota suci. Cerita ini menceritakan adanya banyak pengemis di kota suci yang melakukan taktik agar mendapat empati orang lain. Anak kecil dipekerjakan oleh seorang wanita untuk mengemis di kota suci. Hal ini yang menjadikan pertikaian mulut oleh Tuan Amali dan seorang lelaki berkopyah coklat. Tuan Amali dengan tegas ingin membenar dan meluruskan kesalahan. bahwa kota haram ini seharusnya harus dijaga kesuciannya dan tidak melakukan tindakan mengemis namun tindakan Tuan Amali dicegah oleh wanita bercadar hitam dan lelaki berkopyah coklat. Tuan Amali pun juga terkejut saat bertemu dengan Lelaki tua bersongkok hitam menadahkan tangan di depannya untuk meminta sedekah. Tuan Amali yakin bahwa itu adalah Pak Dotil tetangganya yang sedang pergi haji. Ternyata Pak Dotil disela-sela ibadah yang dilakukannya di kota tersebut Pak Dotil memanfaatkannya untuk mengemis.



    Alur yang digunakan adalah campuran karena saat Tuan Amali berada di halaman Masjidil Haram saat mau thawaf. Tuan Amali teringat titipan doa dari pak Mardho untuk didoakan cepat sembuh dan anaknya mendapatkan jodoh yang mapan. Selain itu Tuan Amali jadi teringat kembali dengan warganya yang bekerja sebagai pengemis. Tuan Amali sering dijuluki lurah pengemis karena hampir seluruh warganya menjadi pengemis. Masyarakat memercayai bahwa rejeki di tangan Allah. Oleh karena itu mereka pasrah dan tangan mereka menadah untuk mendapatkan uluran tangan yang memberi. Warga Tuan Amali yang menjadi pengemis bisa membeli sawah, rumah ataupun mobil dengan hasil uang pengemis. Mereka menganggap itu adalah perwujudan dari rezeki ada di tangan Allah. Hal ini yang menjadikan alurnya mundur kembali. Setelah itu cerpen tersebut menceritakan Tuan Amali dan istrinya menunaikan ibadah shalat Sunnah lainnya kemudian mereka berdoa kembali untuk keluarganya sendiri, pak Madhor untuk diberikan kesembuhan, dan warganya untuk diberikan hidayah agar mencari uang dengan jalan yang hormat (tidak meminta-minta). Paragraf ini menunjukkan bahwa alurnya kembali maju lagi sehingga alur dalam cerita ini adalah alur campuran.



    Sudut pandang yang digunakan dalam cerpen tersebut adalah orang ketiga karena cerpen ini dalam penyebutan tokohnya menggunakan nama orang.



    Amanat yang dapat diambil adalah tangan di atas lebih baik daripada yang meminta.



    Gaya bahasa yang digunakan cerpen ini adalah majas personifikasi karena menyatakan benda mati sebagai sesuatu yang seolah-olah hidup seperti manusia. Hal ini dibuktikan dikutipan berikut.

    "Lampu-lampu listrik tegangan tinggi berasa *menggetarkan* seluruh ruang."



    Kekurangan dari cerpen ini adalah sulit untuk dipahami karena ada banyak nama kota ataupun jalan yang asing sehingga pembaca perlu lebih mengulang kembali untuk bacanya. Saran dari kekurangan tersebut adalah penulis perlu menambahkan keterangan lebih detail untuk menunjukkan nama benda atau nama jalan yang masih asing oleh pembaca.



    Kelebihan dari cerita tersebut adalah memuat amanat pesan yang dapat diambil bahwa tangan di atas lebih baik daripada yang meminta, artinya. Lebih mulia orang yang memberi daripada yang meminta. Selain itu, pendeskripsian kata yang terdengar asing ini bisa menambah wawasan pembaca mengenai potret di kota Mekkah di sana bahwa budaya orang Indonesia yang meminta-minta juga ada di kota Mekkah.

    BalasHapus
  11. Dalam cerpen Cerpen Di Jalan Jabal Al-Kaabah karya M. Shoim Anwar telah menggambarkan semua dari berbagai aspek, diantaranya aspek spiritual, aspek sosial, dan aspek ekonomi. Aspek spiritual yang dilakukan Tuan Amali dan Nyonya Tilah beribadah di tanah sucinyang banyak berdoa di depan kaabah dikarenakan tempat yang sangat mustajab. Aspek sosial ada rasa iba terhadap seorang pengemis oleh Tuan Amali dan Nyonya Tilah. Aspek ekonomi yang dilakukan oleh Pak Dotil seorang pengemis di tempat ia tinggal sampai melakukannya ke tanah suci untuk menghidupi finansial dalam hidupnya.
    “Rezeki di tangan Allah” kalimat itu memang benar adanya. Akan tetapi kita tidak boleh untuk putus asa dalam berdoa dan berusaha dengan bekerja, bukan malah menjadi seorang pengemis. Jadikan acuan dalam hadist yang disebutkan “Tangan diatas lebih baik tangan yang di bawah,” kita lebih baik memberi daripada meminta.

    selanjutnya buka di laman https://www.blogger.com/u/1/blog/posts/8360194011994443665

    BalasHapus
  12. Dalam cerpen tersebut dapat diceritakan sosok seorang Tuan Amali dan Nyonya Tilah yang mana dalam cerita tersebut tokoh tersebut mengemudi kendaraan ke arah Jarwal Al-Tayssir, taxi di depan pejalan kaki yang semakin sibuk, melewati Jalan Jabal Al-Kaabah, dan tiba di Jalan Umm Al-Tayssir. -Qura Road). Setelah beberapa saat, jalanan kembali menanjak. Saat lampu menyala, suasananya mulai menjadi unik. Kemudian, kendaraan berbalik arah dan melaju ke jalur kiri untuk menurunkan penumpang di halte. Ada suara parau di terowongan bawah tanah di Jalan Ibrahim Al-Khalil. Kendaraan yang bergerak, generator, station wagon, blower, dan lampu listrik bertegangan tinggi akan mengguncang seluruh ruangan.
    Setelah turun dari mobil, Pak Amali buru-buru menuruni tangga dan naik eskalator. Istrinya, Tilah, setengah berlari mengikuti jejak suaminya. Orang-orang sangat ingin mengejar waktu. Eskalator naik dan menyembul keluar dari halaman, seolah-olah seseorang telah keluar dari tanah. Tiba-tiba, mereka tiba di halaman Masjid Agung di sebelah Hotel Dar Al-Tawhid. Hampir selalu ingatan Pak Amara adalah "Tangan Allah". Sebagai kepala desa yang bukan warga sekitar, segala upaya Pak Amali beserta peralatannya gagal mengubah gaya hidup warga. Sebagian besar penduduk Tuan Amali adalah pengemis yang diturunkan dari generasi ke generasi. Akal mereka selalu “istirahat di tangan Allah”, jadi ketika mereka mengangkat tangan dan orang lain mengulurkan tangan untuk memberi, itu adalah manifestasi dari “istirahat di tangan Allah”.
    Di pagi hari, mereka menyebar ke berbagai tujuan. Beberapa memakai pakaian jelek dan lusuh untuk membangkitkan rasa kasihan, beberapa berpakaian bagus. Orang yang mengemis secara kolektif akan membagi penghasilannya. Hasil mengemis A pada hari senin, hasil mengemis pada hari selasa, hasil mengemis c pada hari rabu, dan seterusnya. Terkadang mereka juga setuju untuk membagikan pendapatannya secara merata dalam waktu seminggu. Dari kejauhan, orang yang dia panggil tadi menoleh. Dia mencari seseorang untuk memanggil namanya. Pak Amali tidak menanggapi. Orang tua itu berjalan kembali. Nah, Pak Amali yakin bahwa lelaki tua yang disapanya tadi memang Pak Dottier, dan dia sendiri juga penghuni haji tahun ini.
    Seperti kebanyakan warga di kampung, Pak Dotil sendiri selalu pengemis, selalu nongkrong di depan pintu Pasar Rebo. Tahun ini, dia pergi berziarah dan bergabung dengan kelompok di kota lain sehingga dia bisa bergabung dengan kelompoknya bersama kakaknya. Setelah dia berdoa di kota ini, ternyata Pak Dottier menggunakannya untuk mengemis. Mungkin bagi Pak Dottier, mengemis juga bagian dari ibadah, karena “dipelihara di tangan Allah”.
    Makna yang disampaikan didalam cerpen tersebut memiliki makna seseorang yang hidup dimuka bumi ini senantiasa harus beristiqomah didalam menjalankan ibadah dan dari ibadah tersebut kita dapat ganjaran-ganjaran berupa pahala serta kita didalam kehidupan ini bahwa rezeki yang kita miliki tersebut sebagiannya bukan harta kita tetapi ada harta orang lain yang harus kita bagikan kepada orang yang membutuhkan. Dari sini pula akal mereka selalu “istirahat di tangan Allah”, jadi ketika mereka mengangkat tangan dan orang lain mengulurkan tangan untuk memberi, itu adalah manifestasi dari “istirahat di tangan Allah”. Bahwa dalam kehidupan ini terkait rezeki, hidup, mati, serta jodoh dan karir tersebut sudah diatur oleh yang kuasa tinggal kita sebagai manusia dapat melalui ini semua dengan sebuah ketulusan karena dengan tulus tersebut membuat seseorang menjadi lebih baik kedepannya.

    BalasHapus
  13. Kritik Esai Cerpen di Jalan Jabal Al-Kaabah Karya M. Shoim Anwar

    Cerpen berjudul di Jalan Jabal Al-Kaabah Karya M. Shoim Anwar menceritakan tentang kepada desa yang sedang menjalankan ibadah haji bersama istrinya ke tanah suci. Tuan Amali dan Nyonya Tilah pada saat di tanah suci teringat dengan seorang anak cacat yang meminta-minta di jalan. Yuan Amali merasa kasihan terhadap mereka lalu beliau memberikan sedekah kepada mereka semata-mata karena menjalankan perintah agama.
    Rata-rata penduduk tuan Amali adalah seorang pengemis, hingga mereka dapat menghidupi kehidupan sehari-hari dari hasil mengemis itu, bahkan mereka dapat membangun sebuah rumah. Banyak orang yang menghalalkan berbagai macam cara untuk mendapatkan uang, bahkan banyak manusia saat ini yang menyalahgunakan sebuah cara untuk mendapatkan rezeki. Seperti yang diuapkan oleh pak Mardho bahwa rezeki sudah diatur oleh yang maha Esa, namun banyak dari warga tuan Amali tidak menghiraukan hal tersebut. Mereka tetap melakukan hal tersebut untuk memeroleh uang.
    Hingga suatu saat Tuan Amali menjumpai seseorang sedang memotret anak-anak yang sedang mengemis di jalan Jabal Al-Kaabah. Namun anehnya pada saat ingin memotret ada wanita bercadar yang berusaha untuk menghalanginya. Menurut orang-orang di sekitar wanita tersebut yang sudah mempekerjakan anak-anak cacat itu. hingga akhirnya kebohongan tersebut terbongkar dan mereka sebenarnya tidak cacat. Tuan Amali meresa sudah ditipu dan dia merasa penipuan tersebut tidak boleh terjadi lagi apalagi hal tersebut terjadi di tanah suci. Pada saat kejadian ada seseorang yang mendatangi dan mencoba membela anak-anak tersebut. Tiba-tiba Tuan Amali terkejut melihat seorang lelaki tua bersongkok hitam yang menadahkan tangannya untuk meminta sedekah. Ternyata laki-laki tersebut adalah Pak Dotil salah satu penduduknya juga yang sedang melaksanakan ibadah haji. Pak Dotil sama seperti penduduk yang lain yang bekerja sebagai pengemis.

    Kritik
    Dalam cerpen Di Jalan Jabal Al-Kaabah mengajakan bahwa di dalam mencari rezeki hendaknya dilakukan dengan cara yang baik untuk bisa mendapatkan rezeki yang halal. Mencari rezeki tidak harus dengan cara mengemis bahkan hingga membohongi banyak orang. Cerpen tersebut memang sangat bagus untuk dibaca yang dapat dijadikan sebagai pembelajaran ketika ingin mencari sebuah pekerjaan atau dalam melakukan sebuah tindakan. Cerpen tersebut menggunakan bahasa yang mudah untuk dipahami.



    BalasHapus
  14. Anitaekasyalina.blogspot.com

    BalasHapus
  15. Nama: Anita Eka Syalina
    Nim : 175200075
    Kelas : 2017 A
    Prodi : Pendidikan Bahasa Indonesia

    KRITIK SASTRA CERPEN DI JALAN JABAL AL-KABAH
    KARYA : M. SHOIM ANWAR

    M. Shoim Anwar dilahirkan di Desa Sambong Dukuh, Jombang, Jawa Timur. Setamat dari SPG di kota kelahirannya, dia melanjutkan ke Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia, IKIP Surabaya dan Universitas Negeri Surabaya, hingga mendapat gelar master dan doktor dengan predikat cumlaude. Shoim banyak menulis di berbagai media massa berupa cerpen, novel, esai, dan puisi. Salah satunya yakni cerpen “Di Jalan Jabal Al-Kabah”. Cerpen tersebut jika dianalisis bisa masuk dalam teori new historicism, karena menekankan keterkaitan teks sastra dengan berbagai kekuatan sosial, ekonomi, dan politik yang melingkupinya.
    Kaitannya dalam kehidupan saat ini, banyak manusia yang sudah menyalahgunakan sebuah cara untuk memperoleh rezeki. Cara yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh manusia dibawah umur, yang dijalankan pihak orang dewasa demi mendapatkan rezeki yang lebih banyak dengan cara mengemis.  Seringkali kita melihat di pinggir jalan, lampu merah, bahkan di keramaian kota. Banyak segerombol anak dibawah umur menjadi pengemis demi menarik rasa simpati dari setiap orang. Anehnya, anak tersebut dipekerjakan oleh orang dewasa yang tidak bertanggung jawab dengan memakaikan baju kusam serta memberikan kantong plastik bekas makanan yang sudah tidak dipakai. Anak yang dipekerjakan semakin sengsara dan pengepulnya menjadi semakin kaya raya. Itulah yang terjadi. Seperti dalam cerpen karya M.Shoim Anwar yang menceritakan sebuah perjalanan seorang kepala desa yang memanjatkan doa untuk para warga yang dipimpin, yang dijuluki sebagai kampung pengemis. Malu ditanggung oleh seorang Ali dan Istrinya, namun para pengemis itu tetap saja tidak percaya bahwa rezeki, kesehatan, umur, dan jodoh itu pemberian dari Tuhan Yang Maha Esa.
    Sebuah peryataan ini sering disalah artikan oleh beberapa orang khususnya seseorang yang tidak memiliki pengetahuan cukup baik. Profesi dengan cara meminta-minta adalah cara yang kurang baik dalam mencari rezeki. Ada pepatah mengatakan bahwa tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Ali terus memanjatkan doa untuk penduduknya agar bisa berubah. Anehnya yang terjadi tidak hanya di kampungnya. Namun juga terjadi di tanah suci Kota Mekkah. Ali merasa hal tersebut sangat miris, bagaimana tidak? Hal tersebut ternyata juga terjadi di kota yang suci, yang diagung-agungkan oleh seluruh umat manusia bisa menjadi seperti ini. Ternyata kejadian di Mekkah justru lebih parah. Bagaimana tidak, di Mekkah malah berpura-pura tangan dari pengemis di tekuk dan seolah-olah ia tidak mempunyai tangan. Dan mirisnya, hal tersebut yang menjadi sasaran adalah anak kecil. Anak kecil yang seharusnya mempunyai cita-cita yang tinggi, lebih senang bermain dengan teman sebayanya justru malah sudah di ajarkan dengan hal yang tidak layak untuk mereka terima dan rasakan. Itulah hukum yang terjadi dibeberapa Negara. Bahkan bisa dikatakan 75% seluruh Dunia.


    KRITIK:
    Dalam cerpen yang berjudul Di Jalan Jabal Al-Kabah mengandung sebuah nilai kepada kita semua bahwa, dalam mencari rezeki hendaknya dilakukan dengan cara yang baik untuk mendapatkan rezeki yang halal, tidak harus mengemis, apalagi itu dengan sengaja pura-pura untuk mendapatkan rasa simpati dari orang lain. Ingatlah, tangan di atas lebih baik tangan di bawah? apalagi yang menjadi sasaran dalam mengemis adalah anak kecil.
    Untuk alurnya cerpen tersebut maju dan mundur serta konfliknya sudah bisa dikatakan kompleks. Bahasanya yang mudah dipahami pembaca juga menjadi nilai plus tersendiri.

    BalasHapus

  16. Cerpen Di Jalan Jabal Al-Kaabah merupakan karya sastra yang ditulis oleh M. Shoim Anwar dengan latar belakang kegiatan haji yang dilakukan oleh umat muslim. Berdasarkan judulnya pembaca akan menemukan keunikan yaitu nama jalan di tanah Arab. Sebenarnya apa yang terjadi di balik jalan Jabal Al-Kaabah tersebut.

    Cerpen Di Jalan Jabal Al-Kaabah menceritakan seorang kepala desa bernama Tuan Amali dan Nyonya Tillah yang sedang melaksanakan ibadah haji. Tuan Amali adalah seorang kepala desa yang dijuluki “lurahnya pengemis” karena, desanya merupakan desa yang terkenal dengan penduduknya yang bermata pencaharian sebagai pengemis. Saat di Masjidil Haram, Tuan Amali bertemu dengan banyak pengemis yang mengingatkannya pada warga desanya. Ia kembali mengingat jika sudah berusaha mencoba mengubah dan memberi pemahaman kepada penduduknya untuk mencari pekerjaan yang lebih baik. Tuan Amali adalah wujud seorang pemimpin yang bertanggung jawab, meskipun bukan penduduk asli, ia bersedia untuk berusaha merubah nasib penduduk desanya.

    Jika dihubungkan dengan realitas saat ini, maka cerita tersebut mewakili kondisi yang terjadi di tengah masyarakat. Banyak daerah ataupun perkumpulan orang-orang yang berprofesi sebagai pengemis. Dari orang tua hingga anak-anak mereka mengemis di lampu merah pinggir jalan. Sering terjadi anak-anak bahkan dipaksa orang tua mereka untuk mengemis dan juga banyak diantara para pengemis membawa anak-anak mereka yang masih kecil untuk menarik simpati orang. Selain itu, mereka rela untuk melakukan penipuan misalnya dengan cara membuat seolah salah satu bagian tubuhnya cacat. Dari banyaknya kasus pengemis yang sampai saat ini belum terselesaikan maka diperlukan sosialisasi ataupun pembinaan khusus untuk mereka. Mungkin sebaiknya masalah-masalah tuna wisma ataupun pengemis jalanan lebih diperhatikan lagi karena sebenarnya tidak hanya teguran atau penangkapan oleh Satpol PP saja yang diperlukan, tetapi juga diperlukan lembaga yang dapat menampung atau memberi mereka pemahaman agar mereka dapat mencari pekerjaan yang layak. Berdasarkan cerpen tersebut, pengarang juga ingin menyampaikan jika memberi lebih baik daripada meminta, jikapun ingin bersedekah janganlah bersikap pamer dan bersikap sombong, hal tersebut sesuai dengan isi cerpen dimana Tuan Amali sedang bersedekah, melalui narasi penulis dapat diketahui jika Tuan Amali Tidak ingin orang lain tahu saat ia sedang bersedekah.

    Cerpen tersebut memiliki makna yang sangat luas. Berdasarkan ceritanya pembaca dapat memahami sesungguhnya tidak akan bisa berubah keadaan suatu kaum jika tidak ada keinginan dari diri mereka sendiri untuk berubah. Tangan di atas lebih baik daripada tangan dibawah. Cerpen Di Jalan Jabal Al-Kaabah memiliki jalan cerita menarik. Pengarang selalu bisa membawa pembaca untuk mengikuti alur cerita. Pengarang memasukkan kritik sosial di dalam ceritanya yang dikemas dengan jalan cerita yang menarik, sehingga pembacanya tidak akan merasa bosan. Di dalam cerpen Di Jalan Jabal Al-Kaabah lewat peristiwa Tuan Amali naik haji dan tanpa sengaja ia melihat banyak pengemis di gerbang Masjidil Haram, peristiwa tersebut mengingatkan Tuan Amali tentang penduduk desanya. Di samping itu, bahasa yang digunakan juga mudah untuk dipahami oleh pembaca.

    BalasHapus
  17. Kritik dan esai cerpen "Di Jalan Jabal Al-kaabah" karya M. Shoim Anwar

    Cerpen yang berjudul "di jalan Jabal Al kaabah" merupakan salah satu cerpen karya M. Shoim Anwar, beliau merupakan penulis sekaligus dosen di salah satu universitas Surabaya.
    Cerpen "di jalan Jabal Al-kaabah" menceritakan masalah yang sering terjadi di kehidupan sehari-hari. Masalah yang muncul berkaitan dengan kehidupan sosial dan dalam ceritanya tidak hanya berkaitan dengan sosial melainkan ada nilai religius yang patut diteladani oleh masyarakat sekitar.
    Dalam cerpen "di jalan Jabal Al-kaabah" juga menceritakan salah satu nama tempat yang ada di tanah suci, di mana tempat itu banyak ditemui pengemis-pengemis di pinggir jalan terutama banyak dari kalangan anak-anak. Kemudian dalam cerpen tersebut menceritakan sepasang suami istri yang pergi ke tanah suci mereka berdua melihat banyak pengemis dari kalangan anak-anak yang meminta-minta dengan menggunakan baju kotor kecokelatan yang tak layak pakai dan wajah yang memelas supaya banyak orang yang kasihan kepadanya. Bahkan ada sebagian dari mereka yang berbohong dengan membalut tangan-tangan mereka dengan kain seakan-akan terlihat mengenaskan hal itu dilakukan agar orang yang melihatnya merasa kasihan dan memberikan uang kepada mereka. Dalam cerpen "di jalan Jabal Al-kaabah" karya M. Shoim Anwar memberikan pesan kepada pembaca mengenai masalah sosial yang banyak ditemui di kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sebagian orang bahkan anak-anak yang seharusnya tidak melakukan hal seperti itu justru menghalalkan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaiknya janganlah menjadi pengemis karena pengemis merupakan perbuatan yang dibenci Allah Swt karena tangan diatas lebih baik daripada tangan dibawah. Cerpen ini sangat menarik untuk dibaca karena mengandung banyak pesan yang dapat diambil pembaca mengenai kehidupan sehari-hari. Pesan moral dan nilai religius yang patut diteladani yaitu bersedekah sangatlah dianjurkan dalam Islam namun bersedekahlah kepada orang yang tepat dan janganlah meminta sebelum berusaha karena sebaik-baiknya orang adalah orang yang mau berusaha dan tidak bergantung kepada orang lain.

    BalasHapus
  18. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  19. Dalam cerpen di Jalan Jabal Al Kaabah, pengarang menjelaskan bahwa profesi sebagai seorang pengemis di era sekarang, sudah lazim dilakukan khususnya di Indonesia. Banyak masyarakat Indonesia yang memang berprofesi sebagai seorang pengemis, baik yang masih berusia muda maupun sudah tua. Banyak cara yang dilakukan untuk mengemis, salah satunya dengan berpakaian lusuh dan berpura-pura cacat fisik agar mendapat belas kasihan dan berbagai cara lainnya. Mereka bisa membeli rumah, tanah, dan barang mewah lainnya.

    Dalam agama maupun, mengemis merupakan tindakan yang tidak terhormat. Lebih baik bekerja dengan keringat sendiri daripada meminta-minta. Di agama juga diajarkan bahwa lebih baik tangan di atas daripada tangan di bawah.

    Pada cerpen tersebut, dapat diketahui bahwa masyarakat di desa Tuan Amali mengemis karena salah penafsiran mengenai "Rezeki di tangan Tuhan". Seringnya salah penafsiran oleh masyarakat yang awam, dapat menimbulkan kesesatan bagi masyarakat itu sendiri. Salah penafsiran sudah sering terjadi di Indonesia, sehingga menimbulkan kekecauan yang dapat mengancam keselamatan orang lain. Oleh karena itu, kita sebagai masyarakat dituntut untuk tidak menafsirkan suatu perkara dengan sendiri, melainkan harus berdiskusi pada ahli di bidangnya.

    Pesan terakhir yang disampaikan pengarang tersebut ialah adanya tradisi di Indonesia untuk titip doa ketika seseorang menjalankan ibadah di tanah suci Makkah, Saudi Arabia. Tradisi tersebut sudah terjadi turun temurun dari nenek moyang. Konon katanya bahwa berdoa di tanah suci Makkah, dapat terkabulkan daripada berdoa sendiri dirumah. Sehingga masyarakat di Indonesia selalu titip doa apabila ada seorang yang menunaikan ibadah di tanah suci Makkah.

    Lihat selengkapnya di https://sarjanaberilmu.blogspot.com

    BalasHapus
  20. Pada cerpen tersebut menggambarkan hal yang terjadi di sekitaran Makkah, bahwa disana juga ada seorang pengemis yang sebelumnya beranggapan tidak mungkin ada di tanah suci.



    Namun, dalam cerpen tersebut terdapat kejadian sekelompok pengemis anak kecil yang tetap bertahan hidup karena Pak Tilah memiliki rasa ibah, mama memberikan sedikit uang kepada anak tersebut. Beberapa saat kemudian anak mengemis tersebut ternyata diperalat oleh perempuan bercadar hitam dengan membohongi bahwa sebenarnya mereka normal tidak cacat.



    Ada beberapa makna yang sering terjadi di dunia ini yakni, manusia berhak bertahan hidup asalkan dengan pekerjaan yang halal, percayalah bahwa rezeki, jodoh dan maut Allah sudah menuliskan, yang terakhir jangan pernah khawatir segala sesuatu yang terjadi akan tetap terjadi jika memang sudah di gariskan oleh Allah.

    BalasHapus
  21. Sebenarnya cerpen Di Jalan Jabal Al-Kaabah karya M. Shoim Anwar mengisahkan tentang kehidupan masyarakat yang berpikir bahwa seluruh takdir termasuk rezeki merupakan kehendak Tuhan. Memang seluruh rezeki merupakan kehendak Tuhan, namun sebagai manusia kita harus bekerja keras untuk mendapatkan rezeki tersebut dan dengan cara yang halal pula. Berdasarkan pemahaman saya sebagai pembaca, masyarakat dalam cerpen tersebut justru menyalahgunakan pemikirannya dengan cara yang tidak benar. Bagi mereka mengemis juga bagian dari ibadah karena “rezeki di tangan Allah.” Tokoh utama dalam cerpen berusaha untuk menyingkap dan meluruskan pemikiran mereka dengan cara membuka pakaian salah satu pengemis yang berpura-pura cacat. Namun usahanya tidak berhasil karena terdapat pembela yang justru berpikiran bahwa semua kerja keras pengemis tersebut merupakan hak mereka.
    Nah, dari ulasan tersebut sangat menarik bukan? Terdapat dua pandangan berbeda dari cara berpikir orang-orang yang bekerja meminta-minta. Pendapat pertama diungkapkan oleh tokoh utama yang berpikiran bahwa meminta-minta adalah penipuan yang merugikan orang lain walaupun atas dasar ibadah. Pendapat kedua diungkapkan tokoh pembela yang mengungkapkan bahwa meminta-minta merupakan urusan pribadi karena mereka tidak memaksa dan hal itu merupakan hak mereka. Entah kita memberinya ataupun tidak, toh mereka juga tidak mengharuskan kita untuk memberinya.
    Sebuah pemikiran yang bersifat paradoks. Bagaimana tidak, pernyataan tersebut apabila dicemati secara kritis dapat dibenarkan kedua-duanya. Namun, sebagai penikmat karya sastra, saya lebih berpihak kepada pandangan pertama. Ya, meminta-minta adalah suatu penipuan. Tidak boleh dibenarkan bahwa hal tersebut merupakan sebuah ibadah. Cara mereka dalam mendapatkan rezeki tidak benar. Apalagi yang berpura-pura cacat padahal fisiknya masih sempurna. Sungguh mereka tidak bersyukur atas nikmat yang diberikan Tuhan.
    Pernyataan “rezeki di tangan Allah” sebenarnya dapat dibenarkan apabila kita berusaha dengan sungguh-sungguh dalam mendapatkan rezeki tersebut. Terkadang banyak juga yang masih tidak paham atas pernyataan tersebut. Mereka hanya beribadah dan berdoa khusyuk, tetapi tidak berusaha bekerja keras. Tawakal memang benar dilakukan, namun juga harus disertai ikhtiar agar dapat menggapai seluruh permintaan yang diharapkan. Oleh sebab itu, jangan pernah putus asa dalam berusaha dan bekerjalah selagi fisik masih kuat dengan cara yang benar.
    Dalam cerpen tersebut dapat dilihat bahwa penulis ingin menyampaikan bentuk pembenaran mengenai makna “tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah.” Penulis menggambarkan pengemis yang sesuai dengan realita bahwa kebanyakan dari mereka sebenarnya memiliki fisik yang masih kuat. Namun mereka malas dalam mencari rezeki. Segala cara ditempuh guna mendapatkan uang tanpa memikirkan dampak yang ditimbulkan ke depannya.
    Menurut saya cerpen Di Jalan Jabal Al-Kaabah karya M. Shoim Anwar selain menarik juga memiliki daya jual yang tinggi karena mengandung makna yang sangat mendalam. Pembaca diajak berpikir secara kritis bagaimana bentuk usaha dalam mencari rezeki yang benar dan halal. Selain itu, muncul sebuah paradoks yang membuat pembaca harus teliti dalam menelaah secara mendalam bentuk yang sesuai dengan kebenaran. Hanya saja, cerpen tersebut masih terdapat penulisan yang tidak sesuai. Seperti penulisan konjungsi ‘dengan’ di awal kalimat dan kata ‘dipangkuan’ yang sebenarnya di pisah penulisannya. Bentuk tersebut dapat merugikan pembaca pemula sebab bisa-bisa diyakini kebenaran penulisannya. Namun, hal tersebut tidak menutupi kelebihan cerpen ini. Secara keseluruhan cerpen Di Jalan Jabal Al-Kaabah karya M. Shoim Anwar dapat dikatakan karya sastra yang mahal.

    BalasHapus
  22. Cerpen "di Jalan Jabal Al-Kaabah" Mengisahkan sosok suami istri yang sangat baik dan selalu percaya akan kebesaran Allah. Mereka selalu bertentangan dengan orang-orang kampung terkait sebuah rezeki. Bagi Mereka tanpa adanya kerja keras sendiri rezeki itu tidak akandatamg dengan sendirinya. Sebuah kampung yang mereka tempati di penuh dengan para pengemis. Hanya sebagian yang tidak melakukan hal tersebut. Sebuah pekerjaan yang di landaskan dengan sebuah kebohongan tetap akan diketahui. Cerpen ini melihat situasi yang terjadi saat ini dimana banyaknya pengemis berjejeran di pinggir jalan dengan memasang wajah penuh belas kasihan. Banyak orang yang memperalatkan orang lain termasuk anak kecil yang tidak tau apa-apa. Cerpen ini memberikan sebuah nilai yang bisa kita pelajari bahwa tidak ada rezeki yang datang tanpa sebuah kerja keras.

    BalasHapus
  23. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  24. Pada cerita pendek ' Di Jalan Jabal Al-Kaabah' tersebut mengisahkan beberapa sudut pandang religi. Cerita pendek oleh Shoim Anwar dengan judul ‘Di Jalan Jabal Al-Kaabah’ tersebut menceritakan kisah perjalanan ibadah haji yang dilakukannya dengan sang istri.

    Tuan Amali dan istrinya berkali-kali memunajatkan doa-doa untuk mereka sendiri, keluarga, maupun titipan doa dari rekan di kampungnya, salah satunya yakni Pak Mardho yang ingin didoakan agar putrinya yang bernama Ayu segera mendapatkan jodoh yang mapan. Doa demi doa beliau munajatkan yakni salah satunya berharap agar penduduknya dapat mengubah keyakinan dan pikiran mereka. Tuan Amali berdoa kepada Allah agar dibukakan pintu hati penduduknya agar mereka sadar bahwa mengemis bukanlah satu-satunya jalan yang baik untuk memenuhi kehidupan di dunia. Tuan Amali tidak menemukan banyak perbedaan di sana, ia menemukan beberapa anak kecil sedang mengemis. Hal ini tak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan penduduknya sehari-hari. Hal yang membuat Tuan Amali marah ialah bahwa anak kecil yang mengemis di sana ternyata pura-pura memiliki tangan yang buntung. Tuan Amali banyak menemukan macam-macam pengemis di sana, namun yang membuat terkejut lagi ialah di sana Tuan Amali bertemu dengan salah satu penduduknya yang mengemis di sana, Pak Dotil. Pak Dotil memang menunaikan ibadah haji tahun ini tapi tak disangka ia mengemis di selah-selah ibadahnya. Dari kejadian yang ia temui pada hari itu ia menemui istrinya di hotel tempat mereka menginap dan menceritakan apa yang ia lihat tadi.

    Sejalan dengan cerita pendek Shoim Anwar yang berjudul ‘Di Jalan Jabal Al-Kaabah’ tersebut bahwa banyak kita temui di daerah kita masing-masing yakni baik itu seorang anak maupun orang dewasa yang mengemis. Cara mengemis mereka pun bermacam-macam ada yang berpura-pura tidak bisa berjalan, pura-pura memiliki tangan buntung, dan sebagainya atau memang ada seseorang yang dari sisi fisik tidak mumpuni untuk bekerja secara normal sehingga ia memutuskan untuk mengemis, namun kembali lagi bahwa mengemis bukanlah pekerjaan yang sebaik-baiknya. Masih banyak kita temui pengemis semacam itu di daerah kita sehingga perlunya perhatian yang lebih pada pemerintah untuk melebarkan lapangan pekerjaan atau meningkatkan sumber daya manusia.

    Berdasarkan cerita pendek ‘Di Jalan Jabal Al-Kaabah’ terdapat kelebihan dan kekurangan yang dapat saya sampaikan. Kelebihan pada cerita pendek ‘Di Jalan Jabal Al-Kaabah’ ialah mampu ditafsirkan dengan pemikiran yang sederhana. Selain itu penggunaan bahasa yang digunakan penulis dapat dipahami dengan mudah yang mana pemilihan bahasa merupakan bagian penting dari karya sastra. Sedangkan kekurangan dari cerita pendek ‘Di Jalan Jabal Al-Kaabah’ yakni masih ada beberapa kata atau kalimat yang belum menggunakan ejaan yang tepat maupun kata yang tepat sehingga menimbulkan ketidaknyamanan dalam penafsiran cerita. Berdasarkan kelebihan dan kekurangan yang ditemukan cerita pendek Shoim Anwar tersebut memiliki daya tarik yang unik dengan ide-ide yang dituangkannya dalam berbagai bentuk karya sastra salah satunya yakni cerita pendek.

    BalasHapus
  25. Cerpen Di Jalan Jabal Al-Kaabah
    Karya M. SHOIM ANWAR

    Cerpen Di Jalan Jabal Al-Kaabah merupakan salah satu karya sastra yang dibuat oleh M. Shoim Anwar. Namun, tidak hanya itu saja, karya Shoim Anwar banyak sekali yang sudah terkenal baik cerpen, puisi, dll.
    Cerpen Di Jalan Jabal Al-Kaabah menceritakan sepasang suami istri yang taat kepada Allah SWT, mereka tidak pernah ketinggalan dalam bersedekah.
    Pak Amali dan ibu tilah merupakan sepasang suami istri yang menjadi lurah didesanya. Namun, ada hal lain yang membuat desanya disebut sebagai desa yang kurang baik yaitu desa pengemis. Desa tersebut mayoritas penduduknya menjadi pengemis, bahkan sampai keturunan pun akan menjadi pengemis. Hal tersebut yang membuat pak Amali dan timah juga disebut sebagai lurah pengemis.
    Mereka (penduduk) tidak mau mengubah nasibnya karna bergantung dengan kalimat "rezeki ditangan Allah". Memang benar rezeki itu ditangan Allah, namun kita sebagai umatnya juga harus berusaha agar mendapat rezeki yang halal. Kita dilarang menjadi pengemis apabila kita masih memunyai tenaga untuk bekerja dan berusaha semaksimal mungkin. Rezeki ditangan Allah namun kita bisa mengubahnya dengan cara berusaha dan berdoa agar diberi rezeki yang halal dan barokah. Namun pak Amali sedang memergoki anak-anak yang menjadi pengemis pada saat ditanah suci. Dia curiga bahwa sebenarnya tangan anak-anak tersebut tidaklah patah, namun hanya dilengkuk saja didalam kaosnya, supaya tidak terlihat. Dengan begitu pak Amali sangatlah geram, karena ketika ditanya sucipun mereka masih melakukan perbuatan yang keji yaitu menipu semua orang untuk memeroleh uang.
    Jika dihubungkan dengan aktuali dalam kehidupan yang sekarang memang ada, yaitu seorang pengemis yang menyamar jadi orang miskin untuk memeroleh uang, padahal pengemis tersebut bisa dikatakan bahwa ekonominya sangat baik dan stabil. Hanya saja mereka malas untuk bekerja keras untuk mendapatkan uang.
    Perlu kita ingat bahwa:
    1. tangan diatas lebih baik daripada tangan dibawah
    2. jangan menghalalkan segala cara untuk memeroleh keuntungan
    3. rezeki memang sudah diatur oleh Allah, namun kita juga harus berusaha untuk bekerja dan berdoa supaya mendapatkan rezeki yang halal dan barokah.

    BalasHapus
  26. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  27. Dalam cerpen karya M. Shoim Anwar berjudul “Di Jalan Jabal Al-Kaabah menceritakan seorang kepala desa yang bernama Tuan Amali dan seorang istrinya yang bernama Nyonya Tilah. Mereka sepasang suami istri yang sedang melaksanakan naik haji di kota suci yaitu di Makkah. Selama menunaikan ibadah, tidak lupa mereka selalu bersedekah dengan anak-anak jalanan yang mempunyai keterbatasan fisik. Tuan Amali dan istrinya Nyonya Tilah selalu memberi mereka makanan ketika berada di sana. Tuan Amali seorang lurah yang di desanya hampir seluruh penduduknya adalah seorang pengemis. Penduduk di desanya hanya bergantung pada mengemis atau meminta-minta orang lain, dengan cara itulah mereka bisa memebeli apa yang mereka mau seperti, sawah, membeli rumah, membeli ternak, membeli kendaraan, dan semacamnya. Sampai Tuan Amali yang merupakan Lurah di desa tersebut dijuluki oleh desa lain “lurahnya pengemis”. Penduduk desa seperti sudah meyakini bahwa mengemis adalah sesuatu perwujudan sebagai “rezeki di tangan Allah”. Airnya ketika Tuan Amali kembali bersedekah, dia mengetahui bahwa selama ini anak-anak tersebut tidak cacat mereka hanya menyembunyikan tangannya di balik bajunya dan yang lebih parahnya lagi Tuan Amali juga mengetahui bahwa anak-anak tersebut telah diperalat oleh wanita yang memakai cadar berwarna hitam.
    Kritik esai cerpen karya M. Shoim Anwar berjudul “Di Jalan Jabal Al-Kaabah”
    Tokoh dalam cerpen tersebut, Tuan Amali, Nyonya Tilah, dan penduduk desa. Mereka semua mempunyai kepribadian karakter dan sifat-sifat yang tetap dan berbeda. Seperti penduduk desa yang mempunyai karakter pengemis secara turun menurun.
    Latar tempat yang berada di Jabal Al-Kaabah yang berada di kota suci Makkah. Merupakan tempat yang menurut saya unik, indah, dan penuh pembelajaran. Karena dari tempat tersebut kita dapat mengetahui pembelajaran yang dipetik atau dapat diambil. Tidak hanya sekadar pergi menunaikan ibadah haji, tetapi juga dapat mengetahui pentingnya beribadah, terutama yang diceritakan pengarang, mengenai sedekah.
    Alur cerpen tersebut merupakan alur maju dan mundur, yang merupakan alur cerita yang bergerak urut dari awal hingga akhir tulisan. Cerpen karya M. Shoim Anwar tersebut bahwa pengarang di setiap bagian dari tulisan, ditulis dengan tulisan yang tertata dengan baik sehingga pembaca tidak kehilangan setiap momen yang diceritakan.
    Amanat atau pesan yang tergambar dalam cerpen tersebut menyampaikan pesan moral yang sangat penting dan dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari saat ini bahwa dimanapun kita berada kita harus mengutamakan sedekah tanpa membeda-bedakan orang yang kita beri. Dan dalam cerpen tersebut telah tergambar di kehidupan saat ini dan faktanya pun sudah sangat banyak. Sebagai contoh, di jalanan ibu kota dimanapun berada pasti adanya seorang pengemis atau peminta minta. Mereka hanya bisa mengandalkan meminta, karena dari situlah mereka dapat menyambung hidupnya. Bahkan tak pandang usia sekalipun anak-anak yang masih di bawah umur telah diperalat dan dimanfaatkan oleh orang yang ingin mengambil keuntungannya sendiri. Jalanan ibu kota dimanapunn berada kini telah banyak dipenuhi pengemis, dan kita sebagai manusia diwajibkan untuk membantu mereka dengan bersedekah. Dari cerpen tersebut diajarkan bahwa tangan di atas lebih mulia daripada tangan di bawah. Cerpen yang menceritakan sepasang suami istri, Tuan Amali dan Nyonya Tilah yang mempunyai hati dermawan dengan tidak lupa bersedekah.

    Dapat dilihat selengkapnya di bingkaitiarakia.blogspot.com

    BalasHapus
  28. Cerpen “Di Jalan Jabal Al-Kaabah” menceritakan Tuan Amali dan Nyonya Tilah yang berada di Mekkah. Tuan Amali digambarkan sebagai seorang yang baik dan peduli kepada orang-orang yang membutuhkan, sampai pada akhirnya Tuan Amali mengetahui kebohongan anak-anak yang mengemis di jalan mengenai anggota tubuh yang selama ini mereka sembunyikan agar orang-orang merasa iba kepada mereka. Tuan Amali sangat marah dan hampir menyeret dan membuka pakaian anak-anak tersebut namun tidak jadi karena dihalangi oleh seorang pria berkopiah cokelat karena Tuan Amali beranggapan bahwa bukan hal yang benar berbohong apalagi di tanah suci ini, namun apa yang dilakukan Tuan Amali tersebut merupakan hal yang salah mereka tetaplah seorang anak-anak, tindakan tersebut juga tergolong kasar apalagi dilakukan ditempat umum yang banyak orang lewat dan melihat.

    Makna dari cerpen tersebut yaitu, rezeki ada di tangan Tuhan, namun kita harus berusaha untuk mencarinya dengan cara yang benar bukan dengan berbohong atau merugikan orang lain. Ketika kita ikhlas dalam memberikan atau melakukan sesuatu kepada orang lain kita tidak perlu memikirkan hal yang telah kita berikan atau yang kita lakukan itu lagi, meskipun sebenarnya orang itu berbohong kepada kita tapi kalau kita sudah ikhlas hal-hal seperti perasaan marah, kecewa, atau merasa dibohongi itu tidak akan muncul pada diri kita.



    BalasHapus
  29. “tangan kanan memberi dan tangan kiri tak mengetahuinya” begitulah peribahasa yang digunakan dalam cerpen ini, peribahasa yang sebenarnya harus ditanamkan dalam setiap diri manusia. Peribahasa ini mengajarkan makna keikhlasan yang sebenarnya, memberi dengan tangan kanan sampai tangan kiri tak tahu apa-apa, artinya ketika kita memberikan rezeki kepada orang lain, tak perlu ada orang yang tau. Tak perlu berkoar-koar atau mengumumkan kebaikan kepada semua orang, karena sesungguhnya akan menjadi sia-sia. Peribahasa ini juga sejalan dengan peribahasa lain yang digunakan dalam cerpen ini yaitu “tangan di atas lebih mulia dari tangan di bawah”, yang berarti memberi lebih mulia daripada meminta-minta. Sesungguhnya Allah sangat murka dan membenci tangan di bawah, tangan peminta-minta, tangan yang tak mau berusaha, tangan yang memegang erat prinsip “rezeki di tangan Allah” tanpa mau berjuang. Penulis menekankan pada kalimat “sesungguhnya Engkau tidak akan mengubah nasib suatu kaum itu sendiri tidak mau mengubah nasibnya.” Orang-orang seperti ini, menganggap bahwa rezeki akan datang sendiri tanpa harus dijemput. Mereka akan terus meminta-minta sepanjang hidupnya karena akan merasa kurang dan kurang.

    Penulis kembali mengingatkan dan menekankan kembali kepada pembaca, untuk membuang sifat seperti ini. Budaya meminta-minta sepertinya sering kita jumpai di sekitar kita, bahkan di tanah suci sekalipun, seperti yang dikisahkan dalam cerpen “Di Jalan Jabal Al-Kaabah”. Banyak anak-anak muda yang masih sehat, justru menadahkan tangan dan mengharap belas kasihan manusia lainnya, amat menyedihkan… saya pernah mendengar di salah satu channel Youtube, dimana ada seorang publik figur yang mengatakan “jadilah orang kaya agar kamu mudah menjadi orang baik”. Kata-kata ini menyentil semua orang agar terus berusaha dan berjuang, agar kita mudah memberi kepada orang lain, dan tidak memiliki jiwa pengemis.

    Penulis menggambarkan sisi moral yang harus dipetik, melalui Tokoh Tuan Amali dan Nyonya Tilah yang mudah memberikan sebagian rezeki atau sedekah kepada orang lain yang membutuhkan, tanpa mengharap imbalan apapun. Tokoh Tuan Amali juga tidak menyukai orang-orang yang tidak mau berusaha, dan melakukan kebohongan demi mendapatkan rasa iba. Tokoh Tuan Amali juga sangat kuat dalam membela kebenaran meski pahit yang didapat. Sisi menarik dalam cerpen ini, lagi-lagi penulis membuat misteri di akhir cerita, dimana pembaca dibuat bertanya-tanya bagaimana sikap atau reaksi tokoh Nyonya Tilah ketika mengetahui kejadian yang dialami oleh suaminya yaitu Tuan Amali.

    BalasHapus
  30. Dari judul diatas menceritakan wanita sedang melakukan ibadah haji dikota Mekkah untuk. Wanita tersebut bernama Tuan Amali dan Nyonya Tilah. Tuan Amali adalah kepala desa yang dijuluki “lurahnya pengemis” karena, desanya merupakan desa yang terkenal dengan penduduk yang bekerja sebagai pengemis. Dikota Mekkah banyak sekali pengemis anak-anak yang memiliki keterbatasan seperti tidak memiliki satu tangan atau tidak memiliki satu kaki, karena merasa iba dan ikhlas untuk bersedekah dua tokoh tersebut selalu memberikan sedekah kepada pengemis anak-anak tersebut setiap pergi ke kabah. Tuan Amali serta Nyonya Tilah sambil berjalan mengobrol membandingkan anatara pengemis di Negeri sendiri dengan Negeri Tanah Suci, dinegara kita memiliki pengemis yang berpura-pura untuk meminta dan bermuka melas agar para pejalan kaki, pengendara mobil/sepeda motor merasa iba, tetapi dugaan Tuan Amali dan Nyonya Tilah salah besar ternyata semua pengemis-pengemis tersebut sama halnya seperti di Negerinya sendiri banyak yang bohong untuk menghasilkan uang yang banyak.

    Jika dihubungkan dengan kehidupan nyata pada saat ini, maka cerita tersebut mewakili kondisi yang terjadi di tengah masyarakat. Banyak daerah ataupun perkumpulan orang-orang yang berprofesi sebagai pengemis. Dari orang tua hingga anak-anak mereka mengemis di lampu merah pinggir jalan. Sering terjadi anak-anak bahkan dipaksa orang tua mereka untuk mengemis dan juga banyak diantara para pengemis membawa anak-anak mereka yang masih kecil untuk menarik simpati orang. Selain itu, mereka rela untuk melakukan penipuan misalnya dengan cara membuat seolah salah satu bagian tubuhnya cacat. Dari banyaknya kasus pengemis yang sampai saat ini belum terselesaikan maka diperlukan sosialisasi ataupun pembinaan khusus untuk mereka. Mungkin sebaiknya masalah-masalah tuna wisma ataupun pengemis jalanan lebih diperhatikan lagi karena sebenarnya tidak hanya teguran atau penangkapan oleh Satpol PP saja yang diperlukan, tetapi juga diperlukan lembaga yang dapat menampung atau memberi mereka pemahaman agar mereka dapat mencari pekerjaan yang layak. Berdasarkan cerpen tersebut, pengarang juga ingin menyampaikan jika memberi lebih baik daripada meminta, jikapun ingin bersedekah janganlah bersikap pamer dan bersikap sombong, hal tersebut sesuai dengan isi cerpen dimana Tuan Amali sedang bersedekah, melalui narasi penulis dapat diketahui jika Tuan Amali Tidak ingin orang lain tahu saat ia sedang bersedekah.

    Cerpen tersebut memiliki makna yaitu, rezeki ada di tangan Tuhan. Tetapi kita harus berusaha untuk mencarinya dengan cara yang benar bukan dengan cara berbohong atau merugikan orang lain. Ketika kita ikhlas dalam memberikan atau melakukan sesuatu kepada orang lain, maka kita tidak perlu memikirkan hal yang telah kita berikan atau yang kita lakukan. Meskipun orang lain berbohong kepada kita jika kita sudah ikhlas perasaan marah, kecewa, atau merasa dibohongi itu tidak akan muncul pada diri kita.

    Dari cerpen tersebut menggunakan alur maju dan mundur, dengan cerita yang urut dari awal hingga akhir. Penggunaan kata dan kalimat dalam cerpen tersebut mudah dipahami dan memberikan gambaran situasi dan kondisi dalam cerpen secara rinci dengan terjadinya dikehidupan nyata oleh sebab itu cerpen “Di Jalan Jabal Al-Kaabah” ini memiliki jalan cerita yang sangat menarik untuk dibaca.

    BalasHapus
  31. KRITIK DAN ESAI CERPEN "DI JALAN JABAL AL-KAABAH" KARYA M. SHOIM ANWAR

    Cerpen tersebut menceritakan seorang wanita yang sedang melakukan perjalan ke kota Mekkah untuk melaksanaakan kewajiban beribadah, tokoh pada cerpen tersebut yaitu Tuan Amali dan Nyonya Tilah. Yang dijelaskan disana bahwa pada saat melakukan kegiatan ibadah di kota Mekkah banyak sekali pengemis anak-anak yang memiliki keterbatasan seperti tidak memiliki tangan satu tangan atau tidak memiliki satu kaki, karena merasa iba dan ikhlas untuk bersedekah dua tokoh tersebut selalu memberikan sedekah kepada pengemis anak-anak tersebut setiap pergi ke kabah. 
       Tuan Amali serta Nyonya Tilah sambil berjalan mengobrol membandingkan anatara pengemis di Negeri sendiri dengan Negeri Tanah Suci, dinegara kita memiliki pengemis yang berpura-pura untuk meminta dan bermuka melas agar para pejalan kaki atau pengendara mobil/sepeda motor merasa iba, tetapi dugaan Tuan Amali dan Nyonya Tilah salah besarr ternyata semua pengemis-pengemis tersebut sama halnya seperti di Negerinya sendiri banyak yang bohong untuk menghasilkan uang yang banyak. 
    Jika dihubungkan dengan realitas saat ini, maka cerita tersebut mewakili kondisi yang terjadi di tengah masyarakat. Banyak daerah ataupun perkumpulan orang-orang yang berprofesi sebagai pengemis. Dari orang tua hingga anak-anak mereka mengemis di lampu merah pinggir jalan. Sering terjadi anak-anak bahkan dipaksa orang tua mereka untuk mengemis dan juga banyak diantara para pengemis membawa anak-anak mereka yang masih kecil untuk menarik simpati orang. Selain itu, mereka rela untuk melakukan penipuan misalnya dengan cara membuat seolah salah satu bagian tubuhnya cacat. Dari banyaknya kasus pengemis yang sampai saat ini belum terselesaikan maka diperlukan sosialisasi ataupun pembinaan khusus untuk mereka. Mungkin sebaiknya masalah-masalah tuna wisma ataupun pengemis jalanan lebih diperhatikan lagi karena sebenarnya tidak hanya teguran atau penangkapan oleh Satpol PP saja yang diperlukan, tetapi juga diperlukan lembaga yang dapat menampung atau memberi mereka pemahaman agar mereka dapat mencari pekerjaan yang layak. Berdasarkan cerpen tersebut, pengarang juga ingin menyampaikan jika memberi lebih baik daripada meminta, jikapun ingin bersedekah janganlah bersikap pamer dan bersikap sombong, hal tersebut sesuai dengan isi cerpen dimana Tuan Amali sedang bersedekah, melalui narasi penulis dapat diketahui jika Tuan Amali Tidak ingin orang lain tahu saat ia sedang bersedekah.
    Makna dari cerpen tersebut yaitu, rezeki ada di tangan Tuhan, namun kita harus berusaha untuk mencarinya dengan cara yang benar bukan dengan berbohong atau merugikan orang lain. Ketika kita ikhlas dalam memberikan atau melakukan sesuatu kepada orang lain kita tidak perlu memikirkan hal yang telah kita berikan atau yang kita lakukan itu lagi, meskipun sebenarnya orang itu berbohong kepada kita tapi kalau kita sudah ikhlas hal-hal seperti perasaan marah, kecewa, atau merasa dibohongi itu tidak akan muncul pada diri kita.
    Alur cerpen tersebut merupakan alur maju dan mundur, yang merupakan alur cerita yang bergerak urut dari awal hingga akhir tulisan. Penggunaan kata dan kalimat dalam cerpen “Di Jalan Jabal Al-Kaabah” mudah untuk dipahami, penulis memberikan penggambaran situasi dan kondisi dalam cerpen secara rinci seperti yang terjadi di kehidupan nyata oleh sebab itu cerpen “Di Jalan Jabal Al-Kaabah” memiliki jalan cerita yang sangat menarik.

    BalasHapus
  32. Ketika membaca cerpen Di Jalan Jabal Al-Kaabah karya M. Shoim Anwar kita akan langsung mengingat Kabah. Tempat ibadah bagi mereka yang beragama Islam. Sebuah cerpen yang cocok untuk dibaca dengan nuansa saat ini, saat kita sedang melaksanakan ibadah puasa, dan lebih tepatnya bulan ramadhan. Didalam cerpen tersebut terdapat banyak sekali nilai moral, sosial, dan ketuhanan yang disampaikan dengan rapi dan indah.
    Cerpen Di Jalan jabal Al-Kaabah sendiri menceritakan tentang sepasang suami istri bernama Amali dan Tilah yang melaksanakan ibadah haji. Didalam melaksanakan ibadah haji mereka melihat grombolan peminta-minta atau bisa dibilang pengemis. Mereka merasa iba dengan grombolan tersebut dan pada suatu kesempatan mereka mengingat pada kampungnya yang sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai pengemis. Amalin sendiri adalah kepala desa dikampungnya. Pada suatu ketika tuan Amali mengetahui bahwa pengemis itu telah melakukan kebohongan agar orang-orang iba dan memberi mereka uang. Tuan Amali yang merasa bahwa tempat itu suci dan tidak boleh dikotori dengan segala bentuk kebohongan dan penipuan. Tuan Amali marah dan perlu bertindak akan hal itu. Namun ia juga menjumpai pak Dotil salah satu warganya yang melakukan ibadah haji dan memanfaatkan ibadahnya dengan mencari uang dengan cara mengemis.
    Sungguh cerita yang begitu menarik. Permainan kata yang begitu memukau dan bagi pembaca logika mereka akan berputar-putar”Apa sebenarnya maksud dari cerita ini?”. Ketika membacanya pastilah pertama akan timbul bahwa cerita cerpen tersebut tentang bagaimana seharusnya memaknai rezeki ditangan ALLAH? Atau juga apakah maksud dari cerita itu adalah mengemis bukanlah pilihan terbaik untuk mencari uang/rezeki? Hal itulah yang terpintas difikiran pembaca. Namun ketika mencoba memahami dari segi lainnya menemukan satu titik sudut pandang yang menarik.
    Satu hal yang menarik yaitu ketidakberdayaan manusia itu sendiri. Ia tidak berdaya untuk membuat lingkungannya untuk berbuat lebih maju. Lihat saja tokoh Tuan Amali itu ia sendiri tidak bisa mengubah warganya yang sudah distigma sebagai desa pengemis. Bahkan dirinya sendiri dilabeli sebagai lurahnya pengemis. Sungguh sebuah ironi ketika ia mencoba untuk mengubah kelakukan pemngemis yang ia jumpai ketika melaksanakan ibadah haji. Mereka menipu orang-orang yang ibadah agar iba dan memberinya uang. Sebuah kontradiktif bukan apa yang dilakukan oleh tuan Amali.
    Cerpen tersebut sendiri adalah pesan dan cermin. Pesan bahwa kita sebagai manusia harusnya melek akan lingkungan sekitar kita. Cerpen tersebut cerminan kita sebagai manusia yang melihat segala sesuatuu diluar kita itu tidak lebih baik dari kita. Artinya kita sebagai insan manusia pertama adalah berbuat baik atau menjalankan hal-hal baik pada diri kita, lalu kepada lingkungan disekitar, dan barulah kita menuju nilai-nilai yang luhur. Karena menurut hendaknya lebih baik mengubah disekitar kita baru mengubah yang lebih luas lagi. Bukan salah juga jika lingkungan luas dulu, namun tidak elok jika lingkungan kita sendiri tidak berubah. Apalagi kalau posisi kita sebagai pemimpin.
    Untuk saat ini cerpen tersebut sangat dibutuhkan apalagi dalam nuansa bulan ramadhan seperti ini. Cerpen tersebut akan banyak peminat. Disamping diksi-diksi yang digunakan sederhana adalah keunggulan tersendiri karena pembaca akan lebih mudah menangkap maksud dari cerpen tersebut. Sedikit mengingat sebuah kata-kata dalam buku Para Priyayi karya Umar Kayam “Sing tepa Sliro le, marang sepada-pada”. Sekian dan terima kasih, jika ada kekeliruan mohon maaf.

    BalasHapus
  33. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  34. Cerpen "Dijalan Jabal Al Kaabah" tersebut menceritakan seorang wanita yang sedang melakukan perjalan ke kota Mekkah untuk melaksanaakan kewajiban beribadah, tokoh pada cerpen tersebut yaitu Tuan Amali dan Nyonya Tilah.

    Penggunaan kata dan kalimat dalam cerpen “Di Jalan Jabal Al-Kaabah” mudah untuk dipahami, penulis memberikan penggambaran situasi dan kondisi dalam cerpen secara rinci seperti yang terjadi di kehidupan nyata oleh sebab itu cerpen “Di Jalan Jabal Al-Kaabah” memiliki jalan cerita yang sangat menarik.

    Cerpen “Di Jalan Jabal Al-Kaabah” menceritakan Tuan Amali dan Nyonya Tilah yang berada di Mekkah. Tuan Amali digambarkan sebagai seorang yang baik dan peduli kepada orang-orang yang membutuhkan, sampai pada akhirnya Tuan Amali mengetahui kebohongan anak-anak yang mengemis di jalan mengenai anggota tubuh yang selama ini mereka sembunyikan agar orang-orang merasa iba kepada mereka. Tuan Amali sangat marah dan hampir menyeret dan membuka pakaian anak-anak tersebut namun tidak jadi karena dihalangi oleh seorang pria berkopiah cokelat karena Tuan Amali beranggapan bahwa bukan hal yang benar berbohong apalagi di tanah suci ini, namun apa yang dilakukan Tuan Amali tersebut merupakan hal yang salah mereka tetaplah seorang anak-anak, tindakan tersebut juga tergolong kasar apalagi dilakukan ditempat umum yang banyak orang lewat dan melihat.


    Makna dari cerpen tersebut yaitu, rezeki ada di tangan Tuhan, namun kita harus berusaha untuk mencarinya dengan cara yang benar bukan dengan berbohong atau merugikan orang lain. Ketika kita ikhlas dalam memberikan atau melakukan sesuatu kepada orang lain kita tidak perlu memikirkan hal yang telah kita berikan atau yang kita lakukan itu lagi, meskipun sebenarnya orang itu berbohong kepada kita tapi kalau kita sudah ikhlas hal-hal seperti perasaan marah, kecewa, atau merasa dibohongi itu tidak akan muncul pada diri kita.

    BalasHapus
  35. Pada cerpen yang berjudul di Jalan Jabal Al Kabaah karya M. Shoim Anwar memiliki beberapa paragraf & isi dari cerpen tersebut memiliki begitu banyak makna yang dapat dijadikan gambaran kehidupan. Pada cerpen tersebut mengisahkan seorang Diman dalam perjalanannya masih simpati dengan kehidupan orang lain jhingga ta senggan memberikan sedekah layaknya kebanyakan orang dan mengaharapkan doa-doa yang baik dikemudian hari. Dalam karya tersebut di ceritakan bagaiamana menjadi seorang pemimpin di desa yang sejak dini di pupuk menjadi seorang pengemis, di ceritakan hasil dari mengemis dapat memenuhi segala kebutuhan hingga pemimpin desa atau kepala desa tersebut dapat gelar lurahnya pengemis. Dalam langka per langkah, jejak per jejak dalam denyut hati kepala dsa tersebut hanya memohon kepada Allah SWT agar warganya dapat tersadarkan dan bekerja layaknya naayarakat pada umumnya. Setelah memohon kepada sang maha pengasih kepala desa itu melihat seseorang hendak memotret pengemis kecil yang dikisahkan memiliki tangan buntung tak lama kemudian kebohongan itu terkuak salah satu orang yang melintas membuka tabir kepalsuan yang selama ini pengemis lakukan di sisi lain seorang pemuda berpeci membela entah apa yang ada dikelanya pria itu semua hanya kuasa tuhan. Bukan hanya ingin membela pengemis kecil tersebut ia juga membenarkan akan pekerjaan tersebut hingga saling adu argumen pun berlanjut hingga tak terlihat lagi antara perempuan tersebut dan peia berpeci. Sementara itu mengamankan durinya sembari melihat adakah petugas di sekitar , tetapi semua itu hanya was-was biasa ibarat makan sambal kalau tertangkap akan berjanji tak akan mengulangi tetapi kalau petugas tidak aksinya tetap berlanjut ibarat balap motor. Diceritakan pula dari hasil mengemis hingga mengantarkan seseorang menuju pintu ka'bah. Kepala desa pun teringat perkataanntaannya bahwa para peminta-minta itu selama hidupnya akan dilanda kemiskinan, meskipun harta mereka sudah cukup, mereka akan merasa tetap miskin hingga memjadu peminta-minta sepanjang hidupnya.

    Ada beberapa makna yang berkaitan dengan kehidupan nyata yang dapat menjadi pelajaran hidup yakni;

    1. Dalam setiap kehidupan pasti mengalami ujian entah dalam masalah ekonomi, bukan berarti kita berfikir rendah hingga mencari jalan pintas yang hanya memenuhi duniawi semata. Tetaplah berkarya walaupun berat rasanya karena sebaik-baiknya orang yg dapat berguna bagi orang lain kalau oun tak dapat berguna bagi orang lain minimal bagi dirinya sendiri.

    2. Jangan membohongi apa yang telah Tuhan berikan dalam diri kita, kalau pun Tuhan mengabulkan tindakan maupun doa kita tersebut malah kita sendiri yang menyesal

    3. Tanamkan dalam diri rasa syukur hingga tak ada lagi angan-angan yang terlalu tinggi hingga melupakan halal-haram

    4. Ingatlah bahwa lebih mulia tangan di atas daripada tangan di bawah & saat memberi harus ikhlas karena itu sebagai amal yang terus mengikuti kita saat meninggal dunia kelak.

    BalasHapus
  36. Kritik Esai Cerpen “Di Jalan Jabal Al-Kaabah”
    Cerpen yang berjudul “Di Jalan Jabal Al-Kaabah” merupakan karya M. Shoim Anwar. Beliau sudah banyak mengarang sebuah cerpen dan puisi. Cerpen “Di Jalan Jabal Al-Kaabah” menceritakan seorang Tuan Amali dan Nyonya Tilah melewati Jalan Jabal Al-Kaabah melihat ada beberapa anak kecil dengan adanya keterbatasan menjadi pengemis. Tuan Amali dan Nyonya Tilah iba ketika melihat mereka yang berada di pinggiran kemudian memberikan sedekah pada anak kecil tersebut. Pada waktu lain, Tuan Amali saat berada di Jalan Jabal Al-Kaabah melihat ada sesuatu yang ganjal karena perempuan bercadar menghalangi orang untuk tidak memotret anak tersebut, kemudian Tuan Amali dapat mengetahui bahwa sebenarnya lengan anak kecil tersebut tidak buntung ketika ada seorang perempuan lain yang meraba lengan anak kecil tersebut. Tuan Amali yang mengetahui ingin memperlihatkan pada orang-orang disekitarnya mengenai kebenaran tersebut tetapi anak kecil tersebut menolak hingga membuat Tuan Amali kesal.

    Pada cerpen yang berjudul “Di Jalan Jabal Al-Kaabah” menggunakan sudut pandang orang ketiga. Cerpen tersebut dapat mudah dipahami, kemudian menarik untuk dibaca karena topik pada cerpen dapat kita jumpai pada kehidupan saat ini.

    Relevansi cerpen “Di Jalan Jabal Al-Kaabah” dengan kehidupan saat ini adalah kita juga banyak menjumpai anak-anak kecil ataupun orang dewasa memakai cara tidak baik untuk menjadi pengemis yaitu dengan membohongi anggota fisiknya yang disembunyikan padahal ketika menjadi pengemis untuk mendapatkan uang tidak perlu membohongi seperti itu dan harusnya tetap bersyukur memiliki badan yang masih sehat dan lengkap.

    Dari cerpen tersebut kita dapat mengambil simpulan bahwa kita tidak boleh memanfaatkan seorang anak kecil untuk menjadi pengemis demi mendapatkan sebuah keuntungan, walaupun rezeki ada di tangan Tuhan hendaknya tetap berusaha dengan mencari rezeki dengan cara yang baik, dan untuk orang seperti Tuan Amali hendaknya tetap berhati-hati dalam berbicara walaupun sedang marah melihat kebenaran pada anak-anak kecil yang menjadi pengemis tersebut.

    BalasHapus
  37. Cerpen tersebut mengungkapkan cerita dunia nyata, yakni banyaknya kaum yang bermalas-malasan dalam bekerja, dalam hal ini penulis membahas tentang pengemis. Kita ketahui bahwa semua takdir memang datangnya dari Tuhan sang maha kuasa, termasuk rezeki. Namun, bukan erarti kita dapat bermalas-malasan dalam menjalani hidup, bukan berarti kita selalu mengharap nelas kasihan dan uluran tangan orang lain dalam mengisi hari-hari kita. Kita dituntut rajin, pantang menyerah dan bersemangat dalam mengarungi hidup, termasuk dalam memcari rezeki. Menjadi pengemis bukanlah satu-satunya jalan dalam mencari rezeki. Terlebih jika mengemis adalah cara yang kita gunakan untuk mengharap brlas kasihan dari orang lain sebagai pengganti kemalasan yang kita miliki. Di luar sana memang banyak kita jumpai pengemis. Baik pengemis yang mengatas namakan lembaga maupun dirinya sendiri. Kita memang dilaramg berfikir negatif ke orang lain, termasuk paa pengemis. Karna memang bisa jadi diantara pengemis" tsbt terdapat malaikat yang datang untuk menguji kesabaran dan kepedulian kita terhadap sesama. Namun hal yang paling tidak disukai masyarakat adalah jika para pengemis tersebut bukanlah orang yang benar" membutuhkan uluran tangan kita, seperti mereka mengemis karena malas bekerja, mereka mengemis karena ada pihak yang menyuruh dan hasilnya akan dibagi. Hal tersebut yang membuat masyarakat saat ini menjadi enggan dan berfikir ulang jika hendak memberi mereka. Banyak masyarakat yang berfikirebih baik memberi harta mereka secara langsung pada panti asuhan, panti sosial atau pihak yang membutuhkan secara langsung dan jelas. Jika kita masih diberi Tuhan kesehatan dan kemampuan dalam berusaha maka hendaknya kita lakukan sebisa dan semampu kita. Jangan mengandalkan uluran tangan orang lain padahal kita mampu untuk berusaha. Tangan di atas jauh lebih baik dari tangan di bawah. Belajar berfikir positif terhadap apapun dan siapapun, yakinlah Tuhan selalu mendengar doa kita dan Tuhan maha memberi kecukupan bagi hambanya yang mau berusaha.

    BalasHapus
  38. Cerpen yang berjudul Di Jalan Jabal Al-Kaabah dibuat pada tanggal 13 Juli 2014 (link cerpen: https://adhidreamtoparis.blogspot.com/2014/12/di-jalan-jabalal-kaabah-oleh-m.html. Pada cerpen tersebut berdasarkan unsur intrinsiknya sebagai berikut:
    - Latar yang terdapat pada cerpen tersebut yaitu di Jalan Jabal Al-Kaabah, terowongan bawah tanah Ibrahim Al-Khalil Road, Umm Al-Qura Road, halaman Masjidil Haram samping hotel Dar Al-Tawhid, dan di depan pertokoan.
    - Alur yang digunakan dalam cerpen yaitu alur campuran.
    - Tokoh yang terdapat pada cerpen tersebut yaitu: Tuan Amali sebagai tokoh utama dalam cerita, Nyonya Tilah sebahai istri tuan amali, Pak Mardho sebagai Kepala Desa, pengemis, lelaki berkopyah coklat, Pak Dotil sebagai tetangga Tuan Amali di kampung, dan wanita bercadar.
    - Sudut pandang yang digunakan dalam cerpen yang berjudul Di Jalan Jabal Al-Kaabah menggunakan sudut pandang orang ketiga.
    - Amanat yang terkandung dalam cerpen yaitu janganlah suka memanfaatkan orang lain demi keuntungan diri sendiri, jika kita masih sehat tanpa kurang suatu apapun semangatlah bekerja dengan jujur agar menjadi barokah di kehidupan berikutnya, janganlah suka membohongiorang lain, dan peran pemerintah sangat besar dalam menyedikan lapangan pekerjaan bagi anak-anak muda jika bisa harus lebih memperhatikan anak muda di negaranya atau wilayahnya.

    Perbandingan dengan aktual
    Cerpen yang berjudul Di Jalan Jabal Al-Kaabah karya M. Shoim Anwar jika dibandingkan pada keadaan saat ini terdapat kesamaan gaya hidup dan prilaku. Dapat dilihat pada saat ini banyak orang-orang yang masih pengangguran, sehingga ia terpaksa melakukan suatu pekerjaan yang kurang baik. Seperti saat di jalanan setiap stopan banyak kita jumpai pengemis dan pengamen jalan saat lampu menyala merah. Bahkan mirisnya yang melakukan itu orang yang masih muda dan ada yang terlihat masih remaja. Ia melakukan itu dengan terpaksa karena tuntutan ekonomi. Namun, dibalik pekerjaan yang dilakukan tersebut ada oknum yang memanfaatkan mereka, menyuruh mereka untuk mengemis, mengamen, bahkan mencopet. Mirisnya sering diberitakan bahwa terdapat penculikan anak di bawah umur untuk dijadikan pengemis, bahkan terkadang orang tua mereka sendiri yang menyuruh untuk mengemis. Sehingga dapat disimpulkan keadaan sekarang masih terdapat kesamaan dalam keadaan alur cerita pada cerpen yang berjudul Di Jabal Al-Kaabah tersebut, karena masih terdapat seseorang yang melakukan pekerjaan tidak jujur dan tidak bertanggung jawab meski alasan mereka karena keterpaksaan.
    Sebaiknya kualitas pendidikan lebih ditingkatkan kembali agar kejadian yang terdapat pada cerpen tersebut tidak terjadi pada saat ini dan pemerintah menyediakan lapangan pekerjaan lebih banyak agar tidak ada orang yang pengangguran. Sehinga anak mereka dapat mendapatkan pendidikan yang layak sama rata dengan anak-anak yang lainnya.

    BalasHapus
  39. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  40. Analisis cerpen
    Cerpen yang berjudul Di Jalan Jabal Al-Kaabah dibuat pada tanggal 13 Juli 2014 (link cerpen: https://adhidreamtoparis.blogspot.com/2014/12/di-jalan-jabalal-kaabah-oleh-m.html. Pada cerpen tersebut berdasarkan unsur intrinsiknya sebagai berikut:
    - Latar yang terdapat pada cerpen tersebut yaitu di Jalan Jabal Al-Kaabah, terowongan bawah tanah Ibrahim Al-Khalil Road, Umm Al-Qura Road, halaman Masjidil Haram samping hotel Dar Al-Tawhid, dan di depan pertokoan.
    - Alur yang digunakan dalam cerpen yaitu alur campuran.
    - Tokoh yang terdapat pada cerpen tersebut yaitu: Tuan Amali sebagai tokoh utama dalam cerita, Nyonya Tilah sebahai istri tuan amali, Pak Mardho sebagai Kepala Desa, pengemis, lelaki berkopyah coklat, Pak Dotil sebagai tetangga Tuan Amali di kampung, dan wanita bercadar.
    - Sudut pandang yang digunakan dalam cerpen yang berjudul Di Jalan Jabal Al-Kaabah menggunakan sudut pandang orang ketiga.
    - Amanat yang terkandung dalam cerpen yaitu janganlah suka memanfaatkan orang lain demi keuntungan diri sendiri, jika kita masih sehat tanpa kurang suatu apapun semangatlah bekerja dengan jujur agar menjadi barokah di kehidupan berikutnya, janganlah suka membohongiorang lain, dan peran pemerintah sangat besar dalam menyedikan lapangan pekerjaan bagi anak-anak muda jika bisa harus lebih memperhatikan anak muda di negaranya atau wilayahnya.

    Perbandingan dengan aktual
    Cerpen yang berjudul Di Jalan Jabal Al-Kaabah karya M. Shoim Anwar jika dibandingkan pada keadaan saat ini terdapat kesamaan gaya hidup dan prilaku. Dapat dilihat pada saat ini banyak orang-orang yang masih pengangguran, sehingga ia terpaksa melakukan suatu pekerjaan yang kurang baik. Seperti saat di jalanan setiap stopan banyak kita jumpai pengemis dan pengamen jalan saat lampu menyala merah. Bahkan mirisnya yang melakukan itu orang yang masih muda dan ada yang terlihat masih remaja. Ia melakukan itu dengan terpaksa karena tuntutan ekonomi. Namun, dibalik pekerjaan yang dilakukan tersebut ada oknum yang memanfaatkan mereka, menyuruh mereka untuk mengemis, mengamen, bahkan mencopet. Mirisnya sering diberitakan bahwa terdapat penculikan anak di bawah umur untuk dijadikan pengemis, bahkan terkadang orang tua mereka sendiri yang menyuruh untuk mengemis. Sehingga dapat disimpulkan keadaan sekarang masih terdapat kesamaan dalam keadaan alur cerita pada cerpen yang berjudul Di Jabal Al-Kaabah tersebut, karena masih terdapat seseorang yang melakukan pekerjaan tidak jujur dan tidak bertanggung jawab meski alasan mereka karena keterpaksaan.
    Sebaiknya kualitas pendidikan lebih ditingkatkan kembali agar kejadian yang terdapat pada cerpen tersebut tidak terjadi pada saat ini dan pemerintah menyediakan lapangan pekerjaan lebih banyak agar tidak ada orang yang pengangguran. Sehinga anak mereka dapat mendapatkan pendidikan yang layak sama rata dengan anak-anak yang lainnya.

    BalasHapus
  41. Nama : Oktavianus Jeharun
    Blog : https://vianjeharun.blogspot.com?m=1


    Kritik dan Esai Pada Cerpen Di jalan Jabal Kaabah Karya Shoim Anwar

    Cerpen yang berjudul "Di jalan Jabal Kaabah" karya Shoim Anwar menceritakan tentang perjalanan ibadah Tuan Amali dan Nyonya Tilah ke tanah suci. Ketika melakukan ibadah haji di tanah suci ada pula orang yang buruk dengan merugikan banyak orang yaitu seorang anak yang diperbudak untuk meminta-minta dengan cara yang tak wajar, menipu orang dengan cara berpura-pura tidak memiliki satu tangan dengan cara menyembunyikan separuh tangannya dibalik baju dalamnya. Awalnya Tuan Amali tidak mengetahui kebenaran tersebut, sehingga ia merasa iba dengan anak-anak cacat di Jabal Al-Kaabah.Tuan Amali pun memberikan sedikit rezeki kepada anak-anak yang cacat itu.

    Dalam kehidupan saat ini, banyak manusia yang menyalahgunakan sebuah cara untuk memeroleh rezeki. Seringkali kita melihat di pinggir jalan, lampu merah, dan keramaian kota segerombol anak dibawah umur menjadi pengemis demi menarik rasa simpati dari oranglain. Anak tersebut dipekerjakan oleh orang dewasa yang tidak bertanggung jawab.
    Kejadian seperti ini sering terjadi dalam kehidupan manusia karena kurangnya pengetahuan dan wawasan seseorang tentang bagaimana mendapatkan rezeki yang layak untuk didapatkan.

    Kejadian seperti ini seharusnya tidak boleh dilakukan secara terus menerus. Oleh karena itu perlu adanya upaya untuk memberikan teguran dan wawasan kepada orang yang tidak bertanggung jawab tersebut, seperti yang diceritakan penulis bahwa setelah mengetahui kebenaran tentang perbuatan yang tidak bertanggung jawab tersebut Tuan Amali sangat geram dan akhirnya mendatangi anak tersebut dengan niat membongkar kebohongan tersebut. Hal ini dilakukan karena para pengemis hanya memanfaatkan sebuah keadaan, mereka tidak mungkin benar-benar miskin bisa jadi ada yang kaya akan tetapi mereka melakukan itu hal tersebut. Anak kecil yang seharusnya lebih senang bermain dengan teman sebayanya justru malah sudah di ajarkan dengan hal yang tidak layak untuk mereka terima dan rasakan. Kejadian seperti ini sering terjadi dalam kehidupan manusia. Hal ini dilakukan karena masih kurangnya pengetahuan dan wawasan.

    Cerpen yang berjudul "Di Jalan Jabal Al-Kabah" mengandung sebuah nilai bahwa, dalam mencari rezeki hendaknya dilakukan dengan cara yang benar. Untuk mendapatkan rezeki tidak harus mengemis, apalagi yang menjadi sasaran dalam mengemis adalah anak kecil. Masih banyak cara untuk mendapatkan rezeki yang halal dan bisa dilakukan dengan cara yang baik dan benar.

    Kelebihan : cerpen ini mudah dipahami dan menarik untuk dibaca. Bahasanya yang mudah dipahami pembaca juga menjadi nilai plus tersendiri.
    Kekurangan : Tidak digambarkan secara utuh sehingga pembaca bertanya-tanya bagaimana reaksi Nyonya Tilah setelah mengetahui kabar yang sebenarnya.





    BalasHapus
  42. Cerpen Di Jalan Jabal Al-Kaabah karya M. Shoim Anwar merupakan salah satu bacaan yang cocok jika dibaca pada bulan suci Ramadhan seperti sekarang ini. Cerpen yang dikemas dengan nuansa islami dan disertai rangkaian kata yang penuh makna membuat pembaca merasa ikut terbawa cerita. Dalam cerpen tersebut selain kata-kata yang indah jika diteliti dan dicermati lebih lagi banyak amanah yang terkandung didalamnya dari segi spiritual. Cerpen tersebut mengajarkan bagaimana rezeki yang diberikan Allah kepada hambanya. Rezeki setiap manusia pada hakikatnya itu sama, akan tetapi yang membedakannya adalah dari segi bagaimana usaha atau ikhtiar manusia dalam mencari rezeki tersebut. Perlu diingat pula dalam mencari rezeki harus dilakukan dengan cara yang benar disertai niat ikhlas karena Allah. pada cerpen tersebut dapat dilihat saat anak pengemis diperalat oleh perempuan bercadar hitam dengan membohongi bahwa sebenarnya mereka normal tidak cacat.

    Cerpen tersebut juga mengajarkan perihal memberi dan meminta. Seperti Sabda Nabi Muhammad SAW "alyadul ulya khoirumminal yadissufla" yang artinya "tangan diatas lebih baik dari tangan dibawah". Allah memuliakan orang yang memberi dibanding meminta. Dalam kehidupan sosial masyarakat bisa kita lihat disekitar kita masih banyak pemuda yang badannya sehat mengemis dari rumah ke rumah mereka seolah tak mau berusaha mencari pekerjaan lain selain mengemis. Seperti tokoh Tuan Amali yang tidak menyukai orang yang tidak mau berusaha dan mengandalkan rasa iba orang lain untuk mendapat rezeki.

    BalasHapus
  43. M. Shoim Anwar

    Di Jalan Jabal Al-Kaabah



    Sinopsis

    Kisah sepasang suami-istri bernama Tuan Amali dan Nyonya Tilah yang sedang melaksanakan ibadah haji. Tuan Amali dijuluki sebagai lurah pengemis karena ia menjabat sebagai lurah di desa yang kebanyakan masyarakatnya bekerja sebagai pengemis. Pada saat ibadah haji, Tuan Amali memergoki pengemis disana yang rela berbohong dengan pura-pura buntung agar orang yang melihat merasa kasihan dan memberikan banyak uang. Tidak hanya itu, Tuan Amali juga bertemu dengan pengemis yang tidak bukan adalah rakyat di desanya sendiri yang bernama Pak Dotil. Ternyata selain pergi haji, Pak Dotil juga mengemis di tanah suci meskipun dia mempunyai banyak uang. Bekerja sebagai pengemis akan tetap merasa miskin meskipun sudah mempunyai uang yang banyak.

    Tanggapan

    Pendekatan objektif adalah pendekatan yang memfokuskan perhatian kepada sastra itu sendiri. Pendekatan ini memandang karya sastra sebgai struktur yang otonom dan bebas dari hubungannya dengan realitas, pengarang, maupun pembaca. Wellek & Warren (1990) menyebut pendekatan ini sebagai pendekatan intrinsik karya sastra yang dipandang memiliki kebulatan, koherensi, dan kebenaran sendiri. ( Wellek, melalui Wiyatmi, 2006:87).

    Novel "Di Jalan Jabal Al-Kaabah" berlatar di kota Makkah. Pada umumnya setting difokuskan di jalanan dimana banyak pengemis dan orang berjualan. Dengan alur penceritaan maju dan mundur. Alur mundur pada saat penulis menceritakan bahwa Tuan Amali adalah seorang lurah yang masyarakatnya menjadi pengemis semua.

    Secara keseluruhan gaya penceritaan cerpen ini memiliki keseimbangan antara gaya bahasa yang lugas dan penggunaan majas. Meskipun penggunaan makna kias cukup banyak tetapi bahasa dalam cerpen tersebut dapat dipahami. Makna dan pesan mudah dicerna karena bahasanya sederhana dan menarik. Makna dari cerpen tersebut adalah menjadi pengemis akan membuat hidupnya didera dengan kemiskinan. Meskipun harta mereka sudah cukup mereka akan merasa tetap miskin sehingga menjadi pengemis selama hidupnya.

    BalasHapus
  44. Nama: Mimha Sauf Aqil Muzad
    NIM: 175200068
    Email: mimhasaufaqilmuzad123@gmail.com
    Webside: https://mimhasaufaqilmuzad123.blogspot.com?/m=0

    Kritik Cerpen "DI JALAN AL-KAABAH"

    Karya M Shoim Anwar



    Berbicara mengenai cerpen yang berjudul "Di Jalan Al-Kaabah" karya M. Shoim Anwar merupakan sebuah cerpen yang menceritakan atau mengisahkan tentang sosok pemimpin dalam suatu desa yang bernama Tuan Amali yang sedang menjalankan Ibadah Haji di kota Maekkah bersama dengan istrinya. Ketika Tuan Amali bersama istrinya berada di tanah suci, mereka bertemu dengan seorang pengemis yang terdiri dari anak-anak, karena ibah terhadap pengemis tersebut, akhirnya Tuan Amali memberikan sedekah kepada pengemis tersebut. karena Tuan Amali mengira bahwa anak-anak yang mengemis tersebut kemungkinan adalah korban peperangan atau seorang anak yang terkena ledakan Bom sehingga Tuan Amali merasa kasihan. Sebelumnya Tuan Amali bersama istrinya merasa ikhlas memberikan sedekah tersebut mengingat tujuan awal dari mereka adalah menjalankan perintah Allah sehingga ketika memberikan sedekah pun mereka berikan secara ikhlas-seikhlasnya. Kemudian Nyonya Tilah, istri Tuan Amali mengingatkan kepada Tuan Amali untuk tidak lupa mendoakan Pak Mardho seorang perangkat desa bahwan Tuan Amali yang ingin didoakan di lantai paling atas agar diberikan kesumbuhan atas segala penyakitnya, dan supaya anaknya si Ayu diberikan kelulusan kuliah, pekerjaan dan jodoh yang mapan, serta supaya Pak Mardho tidak lama-lama menduda. Ketika itu juga Tuan Amali pun mendoakannya.

    Namun, di hari yang lain tanpa disangka, ketika berjalan di Jalan Al-Kaabah yang sangat ramai mengingat jalan itu merupakan akses menuju masjid, Tuan Amali melihat seorang yang hendak memotret pengemis-pengemis anak tersebut namun dihalangi oleh wanita yang memakai cadar. mendengar pendengaran orang-orang ternyata anak-anak yang mengemis tersebut merupakan suruhan dari seorang wanita yang memakai cadar untuk berpura-pura menjadi orang yang pantas dikasihani dengan memakai pakaian yang lusuh dan gelap sehingga dengan mudah mendapatkan pemberian dari orang yang melihatnya. Melihat kebohongan seperti itu, Tuan Amali merasa bahwa pengemis ini sudah membohongi banyak orang dan tidak boleh dibiarkan saja, sehingga ia hendak bertindak yang lebih jauh dengan memaksa anak tersebut membuka tangannya, namun ia dihalang-halangi oleh seorang lelaki berkopyah cokelat hingga keduanya beradu mulut.

    Jika dikaitkan dengan kehidupan pada saat ini sangatlah cocok, mengingat di suatu desa pernah saya menjumpai seorang pengemis yang tadinya berpakaian rapi kemudian ketika hendak memasuki sebuah desa dan ditemukannya terdapat tempat yang sepi, maka ia akan mengganti pakaiannya tersebut dengan memakai pakaian yang lusuh dan terkadang berlubang untuk memanipulasi dirinya sendiri agar terlihat sebagai seorang yang pantas dikasihani.

    Kelebihan dari cerpen tersebut terletak pada pemilihan kata yang baik dan menarik sehingga dapat membuat pembaca menjadi nyaman ketika membacanya serta pemilihan judul yang cukup menarik sehinggga dapat menghipnotis pembaca untuk memunculkan niat dan keinginannya untuk membaca cerita pendek tersebut secara keseluruhan.

    BalasHapus
  45. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  46. Pada cerpen kali ini masih sama tentang karya miliki M. Shoim Anwar. Cerpen ini, berjudul Di Jalan Jabal Al-Kaabah. Cerpen yang membahas tentang Tuan Amali dan Nyonya Tilah sedang menunaikan ibadah haji. Tuan Amali adalah seorang kepala desa. Desa yang dipimpinnya bermayoritas menjadi pengemis. Bahkan, susah sekali rakyatnya diajak mencari pekerjaan yang layak. Pak Mardho teman kerja yang menjabat menjadi perangkat desa menitip pesan kepadal Tuan Amali agar yang diinginkan cepat terkabulkan. Di Tanah suci, Tuan Amali dan Nyonya Tilah melihat anak kecil mengemis dengan tangan yang buntung. Tuan Amali menjadi iba melihatnya, lalu memberikan uang kepada anak itu. Tuan Amali juga beranggapan jika itu cobaan dari Allah agar selalu menolong orang. Suatu hari, Tuan Amali dan lelaki berkopyah cokelat melihat anak itu dihampiri oleh perempuan bercadar, ternyata anak itu tidak buntung tangan hanya ditekuk dan disuruh oleh perempuan itu. Tuan Amali menjadi bimbang setelah melihat itu. Setiba di jalan, tuan Amali melihat lelaki bersongkok hitam sedag mengulurkan tangan kepadanya. Tuan Amali memberikan uang, tetapi lelaki itu Pak Ditol tetangga desanya.
    Pada cerpen tersebut, tokoh utamanya bernama Tuan Amali dan Nyonya Tilah. Tokoh pembantunya, yaitu Pak Mardho, Si Ayu, lelaki berkopyah cokelat, perempuan bercadar, anak yang mengemis, Pak Ditol. Latar cerpen itu, yaitu latar suasananya kesal saat Tuan Amali melihat jika anak yang mengemis itu tidak jujur. Latar tempatnya, yaitu di jalan Jabal Al-Kaabah, terowongan bawah tanah Ibrahim Al-Khalil Road, Masjidil Haram, Hotel Dar Al-Tawhid, dan Al-Hadee Hotel. Latar waktunya, yaitu siang hari, pagi hari, dan sore menjelang malam. Sudut pandang yang digunakann, yaitu orang pertama tunggal (saya), orang kedua tunggal (kamu), orang ketiga tunggal (dia), dan orang ketiga jamak (mereka).
    Pada cerpen ini, ternyata sesuai dengan sesuai dengan kehidupan nyata masih banyak pengemis di kota-kota besar. Pengemis-pengemis terkadang juga melakukan hal yang tidak jujur, agar dikasihani banyak orang. Bahkan, orang-orang besar menyuruh anak kecil untuk melakukan pekerjaan meminta-minta. Seharusnya pemerintah melihat ini menjadi lebih tegas dan memiliki rasa tanggung jawab yang besar. Pemerintah sebaiknya juga memberikan lowongan pekerjaan yang layak agar tidak melakukan hal seperti itu.
    Kelebihan dalam cerpen memiliki amanat yang mendalam bagi pembaca.

    BalasHapus
  47. "Cerpen Di Jalan Jabal Al-Kaabah"

    Karya M Shoim Anwar



    Cerpen merupakan salah satu karya sastra berbentuk prosa yang dikemas secara ringkas, serta menceritakan suatu kisah fiktif yang berpusat pada satu tokoh beserta dengan konflik dan penyelesaiannya.

    Cerpen Di Jalan Jabal Al-Kaabah adalah salah satu cerpen karya dari M shoim Anwar yang merupakan salah satu Sastrawan Indonesia. M Soim Anwar telah banyak menulis karya sastra seperti cerpen, puisi, dan isei.

    Cerpen Di Jalan Jabal Al-Kabaah ini menceritakan tentang seorang kepala desa yang memimpin suatu daerah yang mayoritas masyarakatnya bekerja sebagai pengemis. Kepala desa tersebut bernama Tuan Amali. Tuan Amali bukanlah penduduk asli daerah tersebut. Selama menjadi kepala desa Tuan Amali selalu gagal untuk mensejahterakan kehidupan masyarakatnya. Masyarakat di daerah tersebut selalu beranggapan bahwa masalah rezeki sudah di atur oleh Allah SWT, sehingga mereka pasrah begitu saja dan menyalahgunakan poin tersebut dengan cara meminta-minta kepada orang lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

    Selain menceritakan mayarakat yang bekerja sebagai pengemis, cerpen ini juga menceritakan Tuan Amali yang sedang menjalan ibadah di Tanah Suci. Selama berada di Tanah Suci Tuan Amali bertemu dengan anak-anak yang sedang meminta-minta belaskasih dari orang yang sedang menjalankan Ibadah. Melihat anak-anak tersebut Tuan Amali merasa kasihan dan memberikan uang kepada mereka. Tak lama kemudian, Tuan Amali melihat kejadian dimana anak-anak tersebut sebenarnya tidak buntung melainkan tangannya hanya ditekuk agar terlihat tidak mempunyai tangan. Melihat kejadian tersebut, Tuan Amali merasa jengkel karena merasa telah dibohongi dan menodai tanah suci dengan hal yang tidak baik.

    Dari cerpen tersebut, mengajarkan kepada pembaca bahwa kita tidak boleh berbohong, karena berbohong merupakan hal yang di benci oleh Allah SWT. Selain itu, cerpen ini juga mengajarkan bahwa kita tidak boleh terlalu bergantung kepada orang lain, jika kita menginginkan sesuatu maka kita harus berusaha terlebih dahulu jangan meminta belaskasih dari orang lain.

    BalasHapus
  48. Di dalam cerpen Di Jalan Jabar Al Kaabah ini menceritakan tentang masyarakat yang hidup dengan pemikiran segala takdir ada di tangan Allah termasuk rezeki yang mereka dapat. Tidak dapat dipungkiri bahwa memang takdir dan rezeki ada di tangan Allah SWT namun apakah meminta-minta adalah jalan yang tepat untuk mendapatkan rezeki dari Allah? Setelah saya membaca cerpen tersebut saya memahami bahwa pemikiran masyarakat terkait hal tersebut itu kurang tepat. Para pengemis berpikir bahwa meminta minta adalah sesuatu yang halal karena termasuk dalam ibadah dengan mengaplikasikan “rezeki di tangan Allah”. Cerpen tersebut memiliki tokoh utama bernama tuan Amali. Tuan Amali ini berusaha memperbaiki pemikiran para pengemis dan pemberi. Seperti halnya pada saat diberikan permasalahan yakni pengemis yang ternyata berpura-pura cacat, Tuan Amali berusaha mengungkapkan hal tersebut kepada public namun upayanya gagal sebab ada pihak yang membela dengan mengatakan bahwa mengemis atau meminta-minta adalah hal para pengemis.
    Penulis memberikan dua pandangan berbeda terhadap pengemis, yang pertama adalah Tuan Amali sebagai orang yang tidak dapat membenarkan cara menipu saat mengemis, yang kedua adalah seorang pria yang membela hak para pengemis. Sebenarnya jika diperhatikan ujaran mereka sama-sama ada benarnya. Namun menurut saya ujaran yang benar adalah menurut pandangan Tuan Amali. Karena apapun alasan mereka, meminta-minta tidak bisa dibenarkan sebagai ibadah mencari rezeki Allah. Apalagi dengan cara berpura-pura cacat padahal masih memiliki tubuh yang sehat dan lengkap. Hal ini menggambarkan bahwa mereka tidak bersyukur dan tidak mau berjuang keras untuk meraih rezeki Allah yang sesungguhnya.

    lebih lengkapnya silahkan kunjungi https://sastrapalawa.blogspot.com/

    BalasHapus

  49. Cerpen Di Jalan Jabal Al-Kaabah karya M. Shoim Anwar ini berlatar belakang suasana di tanah suci. Di sini kita sebagai pembaca diajak untuk menyelami kehidupan layaknya berada di tanah suci. Budaya di sana ternyata tidak beda jauh dengan di Indonesia yag terdapat banyak pengemis di area pemakaman. Pengemis mengharapkan belas kasih dari para peziarah dengan memakai pakaian yang dianggap tidak layak.
    Cerpen ini bercerita tentang pola pikir masyarakat bahwa segalanya telah diatur oleh Tuhan. Hal itu memang benar adanya, tetapi sebagai manusia kita juga harus berusaha untuk mencapai apa yang kita inginkan. Setelah saya membaca cerpen ini, dapat disimpulkan jika masyarakat menganggap kegiatan mengemis juga sebagai jaln dari Tuhan yang sudah diatur rezekinya. Bahkan terdapat salah satu pengemis yang berpura-pura cacat untuk mencari iba dari orang lain. Di sini terdapat sudut pandang yang berbeda antara tokoh yang pro dengan kontra. Menurut tokoh yang pro, mengemis tidak ada salahnya karena mereka tidak pernah memaksa kita untuk memberi. Sedangkan menurut tokoh yang kontra, mengemis sama halnya dengan menipu yang melegalkan segala cara demi mendapat hasil yang diinginkan.
    Hal ini kembali lagi pada persepsi masing-maing orang yang tentu berbeda dalam menyimpulkan sesuatu. Menurut pendapat saya, pola pikir tokoh yang kontra sangatlah benar. Mengemis sama halnya dengan menipu, ada yang berpura-pura cacat padahal sedang sehat. Pengemis beranggapan bahwa rezeki itu sudah diatur Tuhan dengan tepat, tetapi mereka tidak bekerja dengan baik malah meminta-minta. Sebenarnya masyarakat masih belum memahami arti rezeki di tangan Tuhan. Maksud dari pernyataan itu yakni jika kita telah berusaha dan berdoa, maka kita akan mendapat rezeki dari Tuhan. Namun jika kita malas berusaha dan berdoa kita tidak akan mendapatkannya.
    Dalam cerpen tersebut dapat dilihat bahwa M. Shoim Anwar sebagai penulis ingin menjelaskan makna dari “tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah.” Pengemis yang meminta-minta sebenarnya masih sehat walafiat tak memiliki kekurangan satu pun. Mereka berbohong dengan berpura-pura cacat untuk menarik simpati dari orang lain, melegalkan segala cara dengan bermalas-malasan demi mencari rezeki.
    Menurut saya cerpen Di Jalan Jabal Al-Kaabah karya M. Shoim Anwar sangat menarik dan memiliki penggambaran yang baik. Karena pembaca terhanyut saat membaca jalan cerita yang berlatar belakang budaya di tanah suci. Serta terdapat beberapa sudut pandang yang bisa disimpulkan sendiri oleh pembaca.

    BalasHapus
  50. Kritik dan Esai kali ini kembali mengupas cerpen dari Bapak Shoim Anwar dengan judul Di Jalan Jabal Al-Kaabah.
    Cerpen Di Jalan Jabal Al-Kaabah ini menceritakan tentang seorang kepala desa dan istrinya. Nama kepala desa itu adalah Tuan Amali dan istrinya Nyonyah Tilah. Dalam cerpen ini sosok Tuan Amali digambarkan sebagai seorang yang berjiwa sosial, ubah dan konsisten. Tuan Amali sangatlah ibah dengan warga-warga yang hampir semua berkerja sebagai pengemis lebih khusus anak-anak yang mengalami keterbatasan (cacat). Setiap kali Tuan Amali dan istrinya berdoa, mereka tidak lupa berdoa untuk para pengemis itu bahkan mereka selalu memberi langsung ketika mereka mempunyai waktu untuk mengunjungi. Sikap dan sifat dimiliki Tuan Amali ini sangat cocok dijadikan sebagai seorang pemimpin. Rasa solid dan ibahnya menjadi satu sehingga punya rasa peduli yang besar terhadap sesama.

    Singkat cerita, pada suatu waktu dia mengetahui bahwa anak-anak pengemis itu ternyata dipaksa dan disuruh oleh orang yang ingin memanfaatkan tenaga mereka bukan karena latarbelakang mereka miskin dan yang sangat membuat Tuan Amali marah adalah ternyata anak-anak itu tidak cacat fisik, itu hanya sebuah kepura-puraan untuk mendapatkan ibah dari orang banyak.
    Mengetahui hal itu, Tuan Amali sangatlah marah dan dia tidak suka di tanah suci tersebut adanya pekerjaan yang dilandasi kebohongan. Sikap konsisten Tuan Amali melambangkan orang yang sangat disiplin dan mengutamakan kepentingan bersama. Dia tidak mau adanya kecurangan antara sesama, apalagi dilandasi kebohongan untuk mendapatkan rasa ibah dari orang lain. Sosok yang tegas seperti ini sangat dibutuhkan sebagai seorang pemimpin.

    Dari cerpen Di Jalan Jabal Al-Kaabah kita dapat menarik sebuah pesan, bahwa hiduplah sebagai orang yang mempunyai sikap solidaritas, dan berbuat jujur untuk tidak hilang kepercayaan dari orang-orang sekitar. Jika kita adalah seorang pemimpin hendaklah bisa bersikap adil, adil dalam arti mengutamakan kesetaraan dan kesejahteraan masyarakat.

    BalasHapus
  51. Menyusuri Cerpen di Jalan Al-Kabaah
    Karya: M. Shoim Anwar
    Cerpen dengan judul “Di Jalan Al-Kabaah” karya M. Shoim Anwar, merupakan cerpen bernuansa islami karena menggambarkan kehidupan di Mekkah, tempat di mana umat islam melaksanakan ibadah haji untuk menunaikan rukun islam ke 5. Jika kita menelaah cerpen “Di Jalan Al-Kabaah” karya M. Shoim Anwar, kita akan membayangkan kehidupan di Mekkah dimana terdapat banyak sekali pengemis meminta belas kasih pengunjung yang sedang melaksanakan ibadah, tetapi jika kita telusuri lebih mendalam keadaan tersebut tidak jauh berbeda dengan keadaan di Indonesia. Banyak orang-orang yang lebih memilih menjadi pengemis daripada bekerja dengan semestinya. Hal tersebut dapat kita jumpai di pinggiran lampu merah, banyak dari mereka yang sengaja berpakaian lusuh, berpura-pura cacat, bahkan memanfaatkan anak mereka untuk menambah belas kasih orang sekitar. Kita juga bisa menjumpai keadaan yang dikisahkan oleh cerpen tersebut saat kita berziarah di wali-wali Allah yang ada di Indonesia, dimana kita akan menyaksikan pemandangan pengemis berjajar di sekitar pintu masuk makam dan pintu keluar makam.
    Sebenarnya jika ditarik secara garis besar dalam cerpen tersebut mengisahkan tentang kesalahan persepsi masyarakat akan makna rezeki di tangan Allah, memang rezeki setiap umat sudah diatur oleh Allah, tetapi bagaimana cara kita untuk menjemput rezeki itulah yang diperdebatkan dalam cerpen ini. Kita dapat melihat bahwa terdapat dua pemahaman dalam menjemput rezeki yang sedang diperdebatkan di cerpen ini. Pertama, pemahaman kebanyakan warga yang beranggapan bahwa ketika tangan mereka menadah dan orang lain mengulurkan tangan untuk memberi adalah cara untuk menjemput rezeki dan wujud dari kata rezeki di tangan Allah yang mereka anggap itu adalah bagian dari ibadah. Pemahaman kedua terdapat pada tokoh utama yakni tuan Amali, tuan Amali beranggapan bahwa makna rezeki di tangan Allah tetap harus kita jemput dengan cara yang benar, kerja keras, dan tanpa menipu orang lain.
    Pemahaman-pemahaman di atas mengenai makna rezeki di tangan Allah sebenarnya dapat kita lakukan tidak hanya berdoa saja tetapi harus diimbangi dengan sebuah usaha. Apalagi jiga memilih menjadi pengemis karena sejatinya menjadi pengemis tanpa melakukan uasaha untuk bekerja akan membuat hidup mereka didera dengan kemiskinan. Meskipun harta mereka sudah cukup, mereka akan tetap merasa miskin sehingga akan menajdi pengemis seumur hidup mereka. Sejatinya tangan di atas lebih mulia daripada tangan di bawah. Berdasarkan ulasan di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa cerpen “Di Jalan Al-Kabaah” karya M. Shoim Anwar, sangat menarik dan memiliki amanat yang sangat luar biasa bagi kehidupan.

    BalasHapus
  52. ESAI CERPEN DI JALAN JABAL AL-KAABAH KARYA M. SHOIM ANWAR

    Begitu banyak cerminan kisah yang diangkat menjadi sebuah karya sastra baik itu tentang kisah nyata maupun kisah fiksi. Beberapa diantara kisah tersebut banyak pula yang membicarakan tentang kondisi sosial dalam masyarakat yakni tentang kekayaan dan kemiskinan seperti halnya cerpen “Dijalan Jabal Al-Kaabah” karya M. Shoim Anwar. Cerpen tersebut menceritakan tentang tokoh Amali yang merupakan seorang lurah dari sebagian besar warganya yang berprofesi sebagai seorang pengemis. Tidak tanggung tanggung, hasil dari beberapa warganya itupun sangat fantastis. Saking fantastisnya, sebagian dari merekapun saampai bisa membeli apa yang mereka mau seperti; membeli sawah, rumah, hewan ternak, kendaraan, hingga kebutuhan lainnya.
    Suatu ketika, pak Amali bersama sang istri yang sedang berangkat ke tanah suci itu memergoki segerombolan anak yang sedang mengemis/meminta-minta. Ia curiga bahwa sebenarnya cacat fisik mereka derita sebenarnya palsu. Iaa menduga hal itu mereka lakukan lantaran hanya agar orang-orang iba melihatnya sehingga ia dapat menerima uang dari orang yang iba kepadanya sehingga ia tak susah susah bekerja untuk mencari uang. Ia tahu bahwa sebenarnya tangan cacat itu merupakan tangan yang dilengkuk kedalam baju mereka. Melihat aksi para pengemis itu akhirnya pak Amali pun geram dan ingin memarahi mereka karena ia menganggap bahwa kota ini merupakan kota yang suci dan tidak seharusnya ia melakukan perbuatan menipu itu di kota ini. Ketika hendak memarahinya datanglah wanita bercadar hitam dan seorang yang memakai kopyah coklat. Mirisnya, merekalah yang menyuruh orang orang yang pura pura cacat itu untuk mengemis dan perdebatanpun tidak dapat terhindarkan. Dihampir penghujung cerpen, kita diperkenalkan sosok orang tua bernama pak Dodit yang sedang mengemis. Mirisnya lagi ia sebenrnya adalah warga desanya yang melakukan ibadah haji yang memanfatkan waktu senggangnya untuk meminta-minta di tanah suci. Ia mengatakan bahwa mengemis baginya adalah sebuah ibadah. Karena menurutnya “rezeki ada di tangan tuhan”.

    Dari cerpen tersebut dapat disimpulkan bahwa meminta-minta atau mengemis sudah merupakan sebuah profesi baginya. Tak hanya di tanah air saja, tetapi juga ditanah suci. Lebih parahnya lagi sebagian besar dari mereka meyakini bahwa hasil mengemis yang mereka dapatkan merupakan rezeki yang diberikan oleh Tuhan, padahal sejatinya dalam kitab apapun Tuhan sangat melarang hambanya untuk memintà apalagi sampai pura-pura cacat agar orang yang melihat akan merasa iba dan memberikan uang kepadanya. Tentu jika dikaitkan dengan kehidupan nyata cerpen “Dijalan Jabal Al-Kaabah” ini sangat memiliki relevansi dengan pengemis-pengemis masa kini.

    Beberapa kasus yang seringkali terjadi membuktikan bahwa orang miskin memiliki banyak harta yang mereka peroleh dari hasil mereka meminta-minta. Mereka memiliki tabungan yang jumlahnya fantastis, perhiasan melimpah, rumah, bahkan mobil sekalipun padahal meminta-minta merupakan suatu yang dilarang dalam ajaran agama Islam. Rasulullah pernah bersabdah : اَلْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى (yang artinya tangan diatas lebih baik dari tangan yang dibawah) “orang yang lebih baik dari orang yang menerima, karena di atas penerima, maka tangan dialah yang lebih tinggi yang disabdakan oleh Beliau shallallâhu 'alaihi wa sallam. ”
    والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
    Daftar pustaka:
    MEMAHAMI MAKNA UNGKAPAN TANGAN DI ATAS LEBIH BAIK DARIPADA TANGAN DI BAWAH. http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/4737 #:~:text=Sabda%20Nabi%20shallall%C3%A2hu%20'alaihi%20wa,dialah%20yang%20lebih%20tinggi%20sebagaimana. Diunduh pada 18 April 2021 pukul 10:00.

    BalasHapus
  53. Dalam bulan suci Ramadhan ini, sebagai seorang muslim kita musti melakukan kebaikan sebagaimana yang telah diperintahkan oleh Allah melalui pesan yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu kita harus bisa memaksimalkan apa yang telah terhampar dihadapan kita sebagai seorang muslim yang berbahagia.

    Dalam bulan yang suci ini, kita akan mengulas mengenai cerpen yang berjudul Di Jalan Jabal Al-Kaabah karya Shoim Anwar. Nampaknya sastra mampu melesap dalam situasi dan atmosfir dalam kehidupan manusia. Karena sastra sendiri merupakan gambaran dari kehidupan sehari-hari yang dipindahkan ke dalam bentuk tulisan.

    Ketika membaca cerpen tersebut kita akan teringat mengenai kata-kata dari filsuf Seneca yakni “Manusia tidak memiliki kuasa untuk memiliki apapun yang dia mau, tetapi dia memiliki kuasa untuk tidak mengingini apa yang dia belum miliki, dan dengan gembira memaksimalkan apa yang dia terima.” sebagai seorang manusia kita hendaknya harus bersyukur dalam keadaan apapun, terlebih lagi sebagai seorang yang memeluk kepercayaan Islam. Seorang muslim akan ditambah nikmatnya apabila ia telah mencapai rasa kesyukuran atas apa yang ia terima.

    Pesan tersebutlah yang akan kita petik apabila kita membaca cerpen Di Jalan Jabal Al-Kaabah karya Shoim Anwar. Penulis membangun narasi cerita yang beralur maju. Sehingga memudahkan para pembaca dalam mehami tulisannya. Selain itu, gaya penulisan yang digunakan sangat sederhana. Mungkin dapat menjadi nilai tambah namun juga nilai minus apabila pembaca menelisik dari kacamata keestetikaan.

    Kita seakan-akan ditarik masuk ke dalam problematika yang dibangun. Mengenai kebimbangan dan kedilemaan melihat ketimpangan yang terjadi. Masyarakat memanfaatkan belas kasih sebagai media dalam mencari rezeki meskipun dengan kebohongan yang harus ditempuh. Apabila kita memiliki jiwa sosial tentunya menganggap mereka sebagai bentuk ketidakmampuan dan ketidakpedulian pemerintah dalam memelihara kesejahteraan rakyatnya.

    Kembali lagi dengan kata-kata “Tuhan tidak akan mengubah nasib sebuah kaum apabila kaum itu sendiri tidak mau mengubah nasibnya”. Seakan-akan hal tersebut dapat menampar argumentasi kita sebagai seorang mukmin. Penulis cerdas dalam menyuguhkan atmosfir kedilemaan Kepada para pembaca sebagai refleksi bagi paradigma berpikirnya.

    Makna yang terkandung di dalam cerpen tersebut mampu memberikan makna tafsir yang dapat menghasilkan gejolak batin. Ini tentu apabila pembaca berhasil meraih klimaks dari narasi yang dibangun. Namun lagi-lagi kesederhanaan gaya bahass yang diterapkan menjadi dilema bagi pembaca yang telah memiliki jam terbang tinggi.

    Namun sisi baiknya penulis dapat menangkap problematika sehari-hari yakni fenomena GEPENG (Gelandang dan Pengemis) sebagai bahan refleksi kepada dirikita sebagai seorang manusia. Tentunya maksud penulis bahwa salah menafsirkan makna dari Tuhan akan membawa kita pada kebatilan. Saya sangat sepakat mengenai maksud tersebut

    Di bulan suci Ramadhan ini. Hendaknya kita dapat berbenah diri dan merenungi apa yang menjadi kekurangan kita sebagai umat muslim. Terlebih lagi dibarengi sastra sebagai media pensucian jiwa. Bahwa dengan membaca karya sastra kita akan menemukan gejolak kehidupan yang dapat menghantarkan kita menuju kesucian jiwa.

    BalasHapus
  54. M. Shoim Anwar merupakan salah satu sastrawan di Indonesia sekaligus sebagai dosen di Univeristas PGI Adibuana Surabaya. Beliau lahir di kota Jombang, Jawa Timur. Karya sastra yang dihasilkannya cukup banyak, salah satunya adalah cerpen “Di Jalan Jabal Al-Kaabah”

    Cerpen ini menceritakan tetantng seorang laki-laki dan perempuan yang bernama Tuan Amali dan Nyonya Tilah. Tuan Amali merupakan sosok lelaki yang baik hati dan sedang berada di kota suci Makkah. Tuan Amali mengamati banyaknya pengemis yang ada di sekitar kota makkah sehingga beliau terus mengamati gerak-gerik para pengemis yang aneh dan dicurigai. Tuan Amali mengetahui bahwa mereka hanya berbohong, tangan mereka sebenarnya tidak bunting akan tetapi disemubnyikan dibalik baju yang para pengemis gunakan. Tuan Amali sangat marah dan menyeret pengemis salah satu diantara mereka, akan tetapi ada seorang pria berbaju cokelat yang menghalangi Tuan Amali dan membela para pengemis. Pelajaran yang dapat kita ambil dari cerpen ini adalah seberapapun kemiskinan yang kita alami, sudah seharusnya kita bersyukur atas apa yang kita punya dan terus berusaha agar tidak sampai menjadi seorang pengemis, meskipun menjadi seorang pengemis alangkah baiknya bersikap jujur dan tidak membohongi seorang yang akan memberi.

    Cerpen ini menggunakan kalimat yang mudah dipahami dan dicermati sehingga alur cerita sangat mudah untuk dipahami, penulis sangat kreatif karena dapat embangun suasana seperti suasana di kota Makkah sehingga pembaca benar-benar terhipnotis dengan keadaan di sekitaran kota Makkah.

    BalasHapus
  55. Cerpen "Di Jalan Jabal Al Kaabah" karya M. Shoim Anwar cerpen ini bertemakan kejadian yang terjadi di jalan Jabal Al Kaabah saat Tuan Amali melaksanakan ibadah haji di Mekkah, yaitu adanya banyak pengemis di kota suci. Cerita ini menceritakan adanya banyak pengemis di kota suci yang melakukan taktik agar mendapat empati orang lain. Anak kecil dipekerjakan oleh seorang wanita untuk mengemis di kota suci. Hal ini yang menjadikan pertikaian mulut oleh Tuan Amali dan seorang lelaki berkopyah coklat. Tuan Amali dengan tegas ingin membenar dan meluruskan kesalahan. bahwa kota haram ini seharusnya harus dijaga kesuciannya dan tidak melakukan tindakan mengemis namun tindakan Tuan Amali dicegah oleh wanita bercadar hitam dan lelaki berkopyah coklat. Tuan Amali pun juga terkejut saat bertemu dengan Lelaki tua bersongkok hitam menadahkan tangan di depannya untuk meminta sedekah. Tuan Amali yakin bahwa itu adalah Pak Dotil tetangganya yang sedang pergi haji. Ternyata Pak Dotil disela-sela ibadah yang dilakukannya di kota tersebut Pak Dotil memanfaatkannya untuk mengemis.



    Alur yang digunakan adalah campuran karena saat Tuan Amali berada di halaman Masjidil Haram saat mau thawaf. Tuan Amali teringat titipan doa dari pak Mardho untuk didoakan cepat sembuh dan anaknya mendapatkan jodoh yang mapan. Selain itu Tuan Amali jadi teringat kembali dengan warganya yang bekerja sebagai pengemis. Tuan Amali sering dijuluki lurah pengemis karena hampir seluruh warganya menjadi pengemis. Masyarakat memercayai bahwa rejeki di tangan Allah. Oleh karena itu mereka pasrah dan tangan mereka menadah untuk mendapatkan uluran tangan yang memberi. Warga Tuan Amali yang menjadi pengemis bisa membeli sawah, rumah ataupun mobil dengan hasil uang pengemis. Mereka menganggap itu adalah perwujudan dari rezeki ada di tangan Allah. Hal ini yang menjadikan alurnya mundur kembali. Setelah itu cerpen tersebut menceritakan Tuan Amali dan istrinya menunaikan ibadah shalat Sunnah lainnya kemudian mereka berdoa kembali untuk keluarganya sendiri, pak Madhor untuk diberikan kesembuhan, dan warganya untuk diberikan hidayah agar mencari uang dengan jalan yang hormat (tidak meminta-minta). Paragraf ini menunjukkan bahwa alurnya kembali maju lagi sehingga alur dalam cerita ini adalah alur campuran.



    Sudut pandang yang digunakan dalam cerpen tersebut adalah orang ketiga karena cerpen ini dalam penyebutan tokohnya menggunakan nama orang.



    Amanat yang dapat diambil adalah tangan di atas lebih baik daripada yang meminta,jika masih bisa bekerja kerjalah lebih baik menghasilkan uang sendiri
    .



    Gaya bahasa yang digunakan cerpen ini adalah majas personifikasi karena menyatakan benda mati sebagai sesuatu yang seolah-olah hidup seperti manusia. Hal ini dibuktikan dikutipan berikut.

    "Lampu-lampu listrik tegangan tinggi berasa *menggetarkan* seluruh ruang."



    Kekurangan dari cerpen ini adalah sulit untuk dipahami karena ada banyak nama kota ataupun jalan yang asing sehingga pembaca perlu lebih mengulang kembali untuk bacanya. Saran dari kekurangan tersebut adalah penulis perlu menambahkan keterangan lebih detail untuk menunjukkan nama benda atau nama jalan yang masih asing oleh pembaca.



    Kelebihan dari cerita tersebut adalah memuat amanat pesan yang dapat diambil bahwa tangan di atas lebih baik daripada yang meminta, artinya. Lebih mulia orang yang memberi daripada yang meminta. Selain itu, pendeskripsian kata yang terdengar asing ini bisa menambah wawasan pembaca mengenai potret di kota Mekkah di sana bahwa budaya orang Indonesia yang meminta-minta juga ada di kota Mekkah.

    BalasHapus
  56. M. Shoim Anwar merupakan salah satu sastrawan di Indonesia sekaligus sebagai dosen di Univeristas PGI Adibuana Surabaya. Beliau lahir di kota Jombang, Jawa Timur. Karya sastra yang dihasilkannya cukup banyak, salah satunya adalah cerpen “Di Jalan Jabal Al-Kaabah”
    Cerpen ini menceritakan tetantng seorang laki-laki dan perempuan yang bernama Tuan Amali dan Nyonya Tilah. Tuan Amali merupakan sosok lelaki yang baik hati dan sedang berada di kota suci Makkah. Tuan Amali mengamati banyaknya pengemis yang ada di sekitar kota makkah sehingga beliau terus mengamati gerak-gerik para pengemis yang aneh dan dicurigai. Tuan Amali mengetahui bahwa mereka hanya berbohong, tangan mereka sebenarnya tidak bunting akan tetapi disemubnyikan dibalik baju yang para pengemis gunakan. Tuan Amali sangat marah dan menyeret pengemis salah satu diantara mereka, akan tetapi ada seorang pria berbaju cokelat yang menghalangi Tuan Amali dan membela para pengemis. Pelajaran yang dapat kita ambil dari cerpen ini adalah seberapapun kemiskinan yang kita alami, sudah seharusnya kita bersyukur atas apa yang kita punya dan terus berusaha agar tidak sampai menjadi seorang pengemis, meskipun menjadi seorang pengemis alangkah baiknya bersikap jujur dan tidak membohongi seorang yang akan memberi.
    Cerpen ini menggunakan kalimat yang mudah dipahami dan dicermati sehingga alur cerita sangat mudah untuk dipahami, penulis sangat kreatif karena dapat embangun suasana seperti suasana di kota Makkah sehingga pembaca benar-benar terhipnotis dengan keadaan di sekitaran kota Makkah.

    BalasHapus
  57. Cerpen "Di Jalan Jabal Al-Kaabah" Karya M. Shoim Anwar
    Cerpen "Di Jalan Jabal Al-Kaabah" kata atau kalimat tersebut mudah dipahami bagi sang penulis dan sang pembaca, di dalam cerpen tersebut menggambarkan situasi dan kondisi dalam sebuah cerpen di atas dengan sangat rinci dalam sebuah kehidupan yang sangat nyata dalam cerpen di atas tesebut.
    Dalam cerpen yang berjudul Di Jalan Al-Kaaban Karya M. Shoim Anwar menceritakan dalam sebuah Tuan Amalian dan nyonya Tilah yang berada di salah satu kota Mekkah, dalam cerpen tersbut menggambarkan Tuan Amali digambarkan sebagai seorang yang sangat baik namun juga peduli kepada semua orang. Dan pada akhirnya kalau Tuan Amali tau bahwa ada kebohongan kepada anak-anaknya bahwa anaknya adalah yang mengemis di jalan mengenai anggota tubuh yang selam ini mereka sembunyikan agar orang-orang merasa iba kepada mereka. Tuan Amali sangant marah dan hamper menyeret dan membuka sang pakaian anak-anak tersebut namun tidak lah jadi karena dihangai oleh seseorang pria yang bertopi coklat. Bahwa wawasanyan hal yang paling terbesar adalah kebokongan, namun apa yang dilakukan Tuan Amali merupakan hal yang sangat salah karena seorang anak tidaklah tergolongkan oleh kekasaran pada usia yang masih kecil.
    Di dalam cerpen tersebut menceritakan bahwa memang rezki sudah allah lah yang mengatur namun kita juga harus berusaha untuk mencari rezki dengan yang halal dan dengan cara yang benar bukan dengan cara yang berbohong atau merugiakan orang lain karena tidak baik, bahwa rezki sudah allah yang mengatur. Dan jika kita mengiklaskan dalam pemberian orang lain maka allah akan menggantikannya dengan yang lebih.

    BalasHapus
  58. Dalam cerpen “Di Jalan Jabal Al-Kaabah” mudah untuk dipahami, penulis memberikan penggambaran situasi dan kondisi dalam cerpen secara rinci seperti yang terjadi di kehidupan nyata oleh sebab itu cerpen “Di Jalan Jabal Al-Kaabah” memiliki jalan cerita yang sangat menarik.



    Cerpen “Di Jalan Jabal Al-Kaabah” menceritakan Tuan Amali dan Nyonya Tilah yang berada di Mekkah. Tuan Amali digambarkan sebagai seorang yang baik dan peduli kepada orang-orang yang membutuhkan, sampai pada akhirnya Tuan Amali mengetahui kebohongan anak-anak yang mengemis di jalan mengenai anggota tubuh yang selama ini mereka sembunyikan agar orang-orang merasa iba kepada mereka. Tuan Amali sangat marah dan hampir menyeret dan membuka pakaian anak-anak tersebut namun tidak jadi karena dihalangi oleh seorang pria berkopiah cokelat karena Tuan Amali beranggapan bahwa bukan hal yang benar berbohong apalagi di tanah suci ini, namun apa yang dilakukan Tuan Amali tersebut merupakan hal yang salah mereka tetaplah seorang anak-anak, tindakan tersebut juga tergolong kasar apalagi dilakukan ditempat umum yang banyak orang lewat dan melihat.





    Makna dari cerpen tersebut yaitu, rezeki ada di tangan Tuhan, namun kita harus berusaha untuk mencarinya dengan cara yang benar bukan dengan berbohong atau merugikan orang lain. Ketika kita ikhlas dalam memberikan atau melakukan sesuatu kepada orang lain kita tidak perlu memikirkan hal yang telah kita berikan atau yang kita lakukan itu lagi, meskipun sebenarnya orang itu berbohong kepada kita tapi kalau kita sudah ikhlas hal-hal seperti perasaan marah, kecewa, atau merasa dibohongi itu tidak akan muncul pada diri kita.

    BalasHapus
  59. Fionna Vidi Pramesti
    175200053
    PBI 2017 B

    CERPEN "DI JALAN JABAL AL-KAABAH" KARYA M. SHOIM ANWAR
    Cerpen “Di Jalan Jabal Al-Kaabah” Menggunakan kata dan kalimat yang mudah untuk dibaca dan dimengerti, bisa dilihat dari jalan ceritanya bahwa memiliki gambaran situasi dan kondisi secara rinci yang telah terjadi di kehidupan nyata dan memiliki jalan cerita yang menarik untuk dibaca.
    Berdasarkan yang telah saya baca, makna dari cerpen“Di Jalan Jabal Al-Kaabah” yaitu, rezeki memang sudah ada di tangan Tuhan, namun sebaiknya harus diseimbangi dengan usaha, kerja keras apapun akan dilakukan kecuali kebohongan karena dengan kita berbohong, licik. Rezeki akan susah untuk didapatkan. Dengan kita sepenuh hati, ikhlas untuk membantu orang lain dalam keadaan susah atau yang sedang membutuhkan pertolongan dari kita. Maka kita tidak boleh mengharapkan suatu imbalan , memikirkan apa yang telah kita berikan kepada orang tersebut, meskipun tidak semua orang bisa baik pada kita, atau mereka ingin berbohong kepada kita. Tetap harus bersabar, dan terus mendoakan semua orang untuk baik-baik saja.

    BalasHapus
  60. Kritik dan Esai cerpen di jalan jabal alkaabah



    Cerpen dengan judul “Di Jalan Jabal Al-Kaabah” ditulis oleh M. Shoim Anwar. Cerpen dengan tema ketuhanan, Tema Sosial merupakan tema yang berkaitan erat dengan berbagai macam hal yang berbau urusan social biasanya menjelaskan berbagai macam hal yang berkaitan dengan urusan kehidupan masyarakat, interaksi manusia dengan lingkungan sekitarnya, permasalahan sosial, dan berbagai macam tema lainnya. Cerpen ini dipublikasikan sejak Maret 2019. Cerpen ini mengisahkan tentang kisah hidup seseorang yang berprofesi sebagai kepada desa yang memiliki warga yang berprofesi sebagian besar sebagai peminta-minta. Ia bernama Tuan Amali dan Nyonya Tilah. Di dalam cerpen, dikisahkan seseorang yang berprofesi sebagai kepada desa dan memiliki warga yang mayoritas ber profesi sebagai peminta-minta, dan tuan amali sangan ingin mengubah pemikiran warganya tersebut.
    Shoim Anwar menceritakan tentang seorang kepala desa yang memimpin suatu daerah dimana warganya mayoritas bekerja sebagai pengemis. Mereka beranggapan bahwa rezeki ada di tangan Allah namun mereka menyalahgunakan hal itu dengan cara memilih meminta-minta kepada orang lain untuk memenuhi materi pribadi dan kebutuhan yang diinginkan.
    Dalam cerpen ini terdapat beberpaa tokoh diantaranya adalah Tuan Amali merupakan seorang kepala desa yang memimpin sebuah desa mayoritas warganya bermata pencaharian pengemis namun Tuan Amali tifak menyukai kebohongan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pribadi. Selain itu ada tokoh yang berbama Nyonya Tilah ia adalah istri dari Tuan Amali yang mempunyai hati yang baik.Ada juga tokoh Pak Mardho ia adalah salah satu warga Tuan Amali yang menitipkan doa kepada kepada Tuan Amali dan istrinya ketika nanti pergi ke tanah suci. Tokoh Pak Dotil ia adalah warga dari Tuan Amali yang berkerja sebagai pengemis ia juga mengemis di tanah suci ketika ia pergi untuk berhaji.
    Kelebihan dari cerpen ini adalah cerpen ini mengajarkan kepada pembaca bahwa kita tidak boleh bergantung kepada orang lain dan jika ingin mempunyai hal yang diinginkan kita harus berusaha terlebih dahulu bukan meminta-minta dan berharap belas kasihan orang lain demi mendapatkan materi yang diharapkan. Selain itu cerpen ini juga mengajarkan kepada kita bahwa kita tidak boleh melakukan kebohongan demi untuk mendapatkan hal yang diinginkan.
    Selain kelebihan juga terdapat kekurangan dalam cerpen ini cerpen ini tidak menjelaskan lebih rinci akhir dari cerita hanya sekilas dan membuat pembaca bertanya-tanya tentang akhir dari cerita dalam cerpen ini.

    BalasHapus
  61. Cerpen ini seringkali berlatar di masjidil haram di samping hotel Dar Al-Tawhid, menggunakan sudut pandang orang ketiga, dan alur di dalam cerita tersebut yaitu campuran terlihat ketika tokoh utama mengingat pesan yang disampaikan oleh pak Mardho. Tokoh utama pada cerita tersebut yaitu Tuan Amali dan peran sampingannya nyonya Tilah.
    Cerpen tersebut menceritakan pengalaman Tuan Amali veserta istri yang sedang menjalankan perintah agama yaitu pergi haji di tanah suci dan perdebatan kata "Rezeki di Tangan Tuhan". Pada cerita tersebut, Tuan Amali berwatak baik hati, suka memberi atau peduli dengan keadaan sekitar, tapi memiliki sifat uang tergesa-gesa dalam mengambil keputusan. Bukti dari watak Tuan Amali yang baik dan suka memberi terlihat pada saat Tuan Amali selalu memveri rejeki yang ia punya ke pada para pengemis cacat yang rata-rata mereka adalah anak-anak kecil. Bukti lain dari suka tergesa-gesa dalam mengambil keputusan yaitu pada saat Tuan amali ingin bersikeras menguak kebohongan para pengemis kecil itu di depan umum bahwa ternyata mereka bukan benar-benar cacat, melainkan tangannya ia sembunyikan ke belakang. Ia menganggap bahwa tak boleh ada kebohongan di tanah suci, tetapi caranya sedikit salah. Ia terlalu bersikeras menguak semuanya di depan umum tanpa memperdulikan bahwa mereka masih anak kecil dan tak perlu dengan kekerasn seharusnya.
    Pergolakan selanjutnya yaitu adanya perkataan bahwa rejeki ada di tangan tuhan, memang segala rejeki datangnya dari Tuhan, akan tetapi harus didapatkan juga dengan cara yang baik. Banyak yang salah mengartikan perkataan itu termasuk warga di desa Tuan Amali, bahkan ada salah satu warganya yang sedang menjalankan ibadah haji tetapi tidak meninggalkan profesinya sebagai pengemis. Pelajaran yang dapat diambil dari cerita tersebut yaitu jangan terlalu cepat mengambil keputusan dan bekerjalah dengan cara yang baik dan jujur.
    Cerpen dengan judul Di Jalan Jabal Al-Kaabah ini menarik untuk dibaca karena ada beberapa pesan yang disampaikan secara tersirat dari cerita di dalamnya, akan tetapi dari segi penulisan kurang adanya variasi dari cerpen-cerpen pada umumnya jadi tidak ada keunikan tersendiri dari cerpen tersebut.

    BalasHapus
  62. Penggunaan kata dan kalimat dalam cerpen “Di Jalan Jabal Al-Kaabah” mudah untuk dipahami untuk semua kalangan, penulis memberikan penggambaran situasi dan kondisi dalam cerpen secara rinci seperti yang terjadi di kehidupan nyata, bisa jadi apa yang dituangkan dalam cerpennya merupakan pengalaman penulis sendiri. Cerpen ini menggunakan sudut pandang orang ketiga dan topik pada cerpen ini sering kita jumpai pada kehidupan nyata.
    Cerpen “Di Jalan Jabal Al-Kaabah” menceritakan seorang Tuan Amali dan Nyonya Tilah yang melihat adanya beberapa anak kecil dengan keterbatasan fisik yang menjadi pengemis. Seketika Tuan Amali dan Nyonya Tilah merasa iba kemudian memberikan sedekah pada anak kecil tersebut. Namun pada lain kesempatan Tuan Amali melihat ada kebohongan pada anak kecil tersebut, dan benar saja bahwa sebenarnya anak kecil tersebut tidak mengalami kecacatan pada fisiknya, selama ini anak kecil tersebut melakukan kebohongan hanya untuk mendapatkan rasa belas kasihan pada orang sekitar sehingga dapat memberinya bantuan. Begitu Tuan Amali mengetahui kebohongannya, Tuan Amali ingin menunjukkan kebenaran tersebut terhadap orang sekitar, bahkan Tuan Amali hampir menyeret dan membuka pakaian anak-anak tersebut namun dihalangi oleh seorang pria berkopiah cokelat. Hal ini dilakukan Tuan Amali karena ia sangat marah dan beranggapan bahwa berbohong bukanlah hal yang benar apalagi dilakukan di tanah suci.

    Jika dikaitkan dengan kehidupan nyata banyak menjumpai anak kecil ataupun orang dewasa yang berpura-pura cacat fisik lalu menjadi pengemis yang hanya untuk mendapatkan rasa belas kasihan orang sekitar. Apalagi latar tempat cerpen di atas digambarkan terjadi di kota suci Makkah, hal ini berarti meskipun ditanah yg suci tidak selalu suci penduduknya, atau apa yg dilakukan mereka tidak selalu baik.

    BalasHapus